ACL Putus
Seli berjalan ke bangku penonton, menemani Mika yang kini telah berada di sana bersama kekasihnya, siapa lagi kalau bukan Yaksa kakak kandung Seli.
“Lo dari mana aja sih? Eh sialan, lo dapet free access jalur pacar.” Mika menarik kalung ID card Seli dan menatap foto Jiza lekat-lekat.
“Lo gak lihat gue di sini juga ngebabu?” Seli menunjukkan bagaimana bentukannya saat ini, sebuah handuk yang tersampir di pundak, beserta sebuah air mineral 1,5 liter berada di dekapannya.
“Derita lo sih itu, Sel. Eh, Jiza tampil tuh.” Seli langsung duduk dan mencari di mana posisi sang kekasih saat ini.
“Yang pakai kaos basket merah itu kan?” Seli mengangguk dan ia mulai fokus ke penampilan kekasihnya itu.
“Go Jiza, go Jiza go!” teriak Seli ketika Jiza mengenakan sebuah face paint berwarna hitam di pipi layaknya Rambo yang ingin menyerang. Membuat gadis itu menerima tatapan dari seluruh orang yang ada di tribun. Untung saja, geng Bumilangit mengambil alih dengan Bagas yang memukul drum dan berteriak hal yang sama seperti yang Seli teriakan. Membuat Jiza menatap Seli dan tersenyum sembari mengedipkan sebelah mata.
Seharusnya ini adalah puncak dari penampilan tim dance SMANDEL. Sebuah lompatan tinggi Jiza dengan sebuah bendera kelompok. Namun semua berubah ketika pendaratan itu gagal.
“Jiza!” Seli berusaha untuk menuruni tribun namun Yaksa menarik sang adik dan mendekapnya.
Jiza salah melakukan pendaratan dan membuat pemuda itu tergeletak di lantai lapangan basket sembari mendekap lututnya lalu berteriak kesakitan.
“Bang, itu Jiza kesakitan.”
“Udah biarin dia di urus tim medis dulu.”
“Sel.” Seli menoleh, mendapati kelompok Bumilangit yang kini berada di sampingnya.
“Lo punya akses kan? Ayo ikut. Gue juga mau lihat Jiza.”
“Saya tidak tahu ini apakah ini benar ligamennya yang terputus dikarenakan Rajiza sampai saat ini masih berteriak kesakitan. Tapi di lihat dari lututnya sebelah kanan yang terjadi pembengkakan, saya hanya bisa menebak bahwa ia mengalami cedera pada anterior cruciate ligament untuk saat ini, kita hanya bisa menunggu Rajiza untuk tenang dan setidaknya menunggu pembengkakannya mereda.”
Seli tak memperdulikan ucapan sang dokter dan langsung masuk ke ruang kesehatan, menemui Jiza yang setia berteriak kesakitan.
“Jiza, tenang. Ada gue. Oke semuanya bakal baik-baik saja.”
“Gak bisa Sel, lutut gue kayak nyeri banget.”
“Jiz, lo harus tenang. Kalau gak tenang, dokter ga bakal bisa periksa. Gue ada di sini.”
Satu jam berlalu dan kini Jiza berada di rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan fisik dan rontgen. Hal itu yang membuat pemuda bersurai hitam itu harus menginap di rumah sakit.
Hingga akhirnya hasil tes keluar, dan Jiza mendapati hal pahit yaitu ligamennya yang putus.
“Gue gak bisa dance lagi atau main basket lagi. Pahit banget hidup gue.”
“Enggak! Hidup lo gak pahit! Yang pahit tuh ketika lo gak semangat kayak gini. Ayo ih semangat, kemana resenya Seli ini?” Jiza merengut dan membuat Jiza terkekeh dan mengecup punggung tangan Seli.
“Iya. Gue semangat buat elo.”