Anak Baru di Klub Anggar

Tak terasa satu minggu telah Hermian Diraga lalui di asrama atlet setelah membawa pulang kemenangan untuk Indonesia pada cabang olah raga anggar. Gaung namanya masih setia terdengar, bahkan saat seseorang pemuda hadir di tengah-tengah dia dan teman-temannya.

Nama pemuda itu William Fernando, tangannya begitu hangat tatkala bersalaman dengan tangan Diraga. Namun, pria yang acap kali dipanggil Willi itu tak serta-merta datang seorang diri. Ia datang dengan berbagai macam latar belakang suramnya yang sangat bertolak belakang dengan senyumannya di balik kacamata bulat yang selalu bertengger menghiasi wajah.

“Kok lo masih temenan sama Willi sih, Ga? Dia udah tukang bully, keluarganya aja hancur, nyokapnya malah kayak tutup kuping sama kelakuan dia,” ujar seorang pemuda yang nampak lebih tua daripadanya. Diraga tetaplah Diraga, dengan satu gelas AQUA yang ia seruput secara terbalik, ia justru berkata,

“Santai aja, lagian kalau dia nge-bully tuh masih rumor kan? Terus yang masalah keluarga hancur, ya masa gara-gara keluarga, seorang anak tidak dapat meraih mimpinya? Jangan ngaco deh lo, Bang. Udah ah! Mau nelepon Bang Herlian dulu.”

Entah mengapa, Diraga merasa ada sesuatu yang janggal tentang sosok pria yang nampak alim itu, tapi ia justru mengabaikan dan membiarkan bom waktu itu meledak menujunya.