august

“Mel. Dengerin aku.” Pria itu terus menerus mengejar sang kekasih. Berharap bahwa gadis itu mendengarkan penjelasannya.

Hujan tengah turun kala itu, dan nampak orang berlalu lalang untuk berteduh. Namun hujan itu tak pernah memberhentikan langkah Meliana dan Marko. Pria Agustus itu tak pernah menyerah dan akhirnya tangan kekarnya mencengkram erat lengan gadis itu, menariknya, lalu menciumnya.

Mel sadar, Marko kini tengah mabuk. Hal itu terasa dari mulutnya yang kini penuh dengan aroma wine dari bibir Marko. “Mmh ... Mark, what are you doing?” Mel memberontak. Ia tak ingin kekasihnya itu mencumbu dirinya. Namun sayang, pria itu justru menarik tubuh mungilnya menuju satu tempat yang sunyi dan menjepit Meliana di dinding.

“Mark, kita udah gak ada hubungan lagi.” Mark masih setia mencumbu, dan meninggalkan beberapa bekas kecupan di leher putih Mel. “I don't fucking care, Mel. You're still my girlfriend. Still mine.

Mendengar hal itu, Mel langsung mendorong tubuh Marka dan menampar pipi pria itu. Ia tak ingin lagi bermadu kasih dengan Marka dan benar-benar ia tak ingin berhubungan dengan pria di depannya saat ini.

Marka hanya terkekeh, sembari mengusap pipinya yang memerah. Menatap gadis itu lekat-lekat dan jujur saja, Mel merasa sangat takut dengan tatapan Marka.

“Kamu hanya perlu diam dan ikuti permainanku, Mel. That's easy right?” Mel menggeleng. Ia tak mau ikut dalam permainan Marko karena ia tahu bahwa pria itu selalu menjadikannya seolah-olah seperti jalang.

Marko lagi dan lagi mencium bibir ranum milik Mel dan membuat gadis itu kehabisan napas.

“Jangan hapus apalagi melupakan bulan Agustus ini. Karena kamu harus tahu, bahwa aku ingin memiliki kamu seutuhnya di dalam pernikahan.”

Sorry Mark.” Lagi-lagi gadis itu melepaskan tangan Marko yang setia menjelajahi surai dan tubuh Meliana.

You never mine.” Meliana membenarkan pakaiannya dan berlalu begitu saja meninggalkan Marko.

© hvangrcnjun ; 2021