Awal Perjumpaan

Sorak sorai penonton memeriahkan pentas akhir tahun SMA. Ini adalah waktu terakhir seorang Kyra menikmati masa SMA dan untuk pertama kalinya ia menonton konser setelah sang kekasih yang meninggalkan dirinya akibat kecelakaan.

Rasanya sangat aneh bagi Kyra. Karena ia kini justru menitikkan air mata ketika salah satu grup membawakan lagu Banda Neira yang berjudul Sampai Jadi Debu.

Selamanya Sampai kita tua Sampai jadi debu 'Ku di liang yang satu 'Ku di sebelahmu

Itu lagu yang sering Yehezkiel nyanyikan untuk menidurkan dirinya di kala ia tak dapat memejamkan mata. Lagu itu membuatnya teringat kembali dengan vokalis sekaligus pacar yang ia sayangi.

“Nih.” Kyra terkejut menatap sebuah sapu tangan berwarna putih dengan bordiran bunga mawar di ujungnya. “Gue tahu lo lagi nangis. Pakai aja.” Kyra menerima sapu tangan itu dan mengusap air matanya.

“Kenalin, Travis Hartanto.” “Kyra Margareta.” Perkenalan itu sangat singkat dan aku tak dapat melihat wajahnya dengan jelas karena minimnya cahaya. Pria itu berpawakan tinggi dan memiliki suara berat yang sangat berbanding terbalik dengan Yehezkiel.

“Lo suka sama lagunya Banda Neira?” “Enggak. Sebenarnya, aku lebih suka lagunya HiVi. Tapi, lagu ini ada sejarahnya sendiri di aku.” Pria itu hanya tertawa dan jujur, Kyra merasa sedikit aneh dengan pria ini.

“Oh iya, kamu anak mana kok aku ... gak lihat.” Benar kan apa yang Kyra rasakan, pria itu benar-benar aneh. Namun, gadis itu tertegun melihat sapu tangan milik Travis yang masih ia genggam.

“Sial ... belum aku balikin.”

© hvangrcnjun ; 2021