Awal Pertemuan.
“Natnat, maaf ya ... tapi kita harus mengakhiri kisah ini karena aku tahu. Bahwa kita tidak akan pernah menyatu,”
Satu bulan yang lalu
“Dek, lu tuh ya, udah gua bilangin jangan capek-capek. Gua tuh ga ada di deket elu. Nanti lu sakit gimana?” omel pria tersebut di balik telepon. Namanya Denzel, teman yang sudah aku anggap layaknya kakak begitupula sebaliknya. Kita dekat karena kesamaan satu hal yaitu sayang Mama dan suka kesel dengan Papa. Iya, Papaku yang semi otoriter dan terlalu protektif kepadaku.
“Bawel lu ah Bang, engap gua ini,” ucapku sembari menempelkan sebotol air mineral dingin di wajahku. Aku kini tengah berada di salah satu mall di kota Solo dan sedang terkapar setelah memaksakan diri untuk mengikuti acara random dance K-Pop yang jujur memancing sedikit gejala asmaku.
“Intinya jangan capek-capek. Lurusin kakinya terus minum,” “Bang, lu inget 'kan gua habis beli novel Dikta & Hukum? Lu tahu, gua juga ngerasa, gua nemuin sosok Dikta versi yang masih hidup di seseorang,” “Siapa?” “Ada deh, tapi Dikta versi gua ini masih sama Aleanya. Sedangkan gua sebagai Nadhiranya justru udah lepas dari Jeno versi gua.” Suara sunyi menyapa telingaku yang menempel dengan telepon tersebut. Aku tidak tahu apa yang ia lakukan di seberang, namun setelah ini ia bertanya, “Gua boleh ge-er ga?” “Ge-er aja selagi elu di dukung sama yang suka sama elu,” “Maksudnya?” “Gapapa. Lupakan.” Aku langsung berdiri dan menutup panggilan tersebut lalu kembali lagi untuk mengikuti acara yang ada di mall tersebut. Hingga suatu pesan masuk ke teleponku yang isinya adalah
maaf ... tapi gua masih di tengah-tengah, di satu sisi iya gua sayang sama lu, gua nyaman sama lu. tapi, di satu sisi ada Joanne. gua udah sadar kook sama sikap lu yang malam ini agak aneh, tapi gua gamau geer dan ternyata bener dugaan gua.
gua ga ngelarang elu buat suka ke gua karena ya kita sama. tapi gua belum sepenuhnya. gua bilang belum bukan ngga ya.
paham kan adekku sayang?
Iya aku malu buat mengakuinya saat itu bahwa jutaan kupu-kupu telah terbang dari dalam perutku. Mataku yang awalnya mengantuk seketika langsung segar dan lenyap rasa kantuknya.
Kita mulai dekat, hingga akhirnya Denzel mengirim pesan singkat kepadaku sehari setelah kejadian confess singkat terebut.
Joanne ajak gua buat putus
and yeah, gua sepenuhnya buat elu.
Dan aku menerima pernyataan cinta tersebut dan langsung saja menerimanya. Banyak hal harus aku lalui bersamanya selama satu minggu setelah berpacaran. Dari aku yang menerima beberapa teror dan doa agar aku tak bahagia dari saudara mantan, teman yang menjauh karena kecewa denganku, hingga permasalahan kecil lainnya. Namun tetap saja aku mencintainya dan menemukan arti bahagia di dekatnya.
© hvangrcnjun ; 2021