Belajar Sejarah

“Arga ... can you help me?” Kini sepasang kekasih itu berada di kantin. Menghabiskan istirahat kedua dengan sepiring ayam geprek dan segelas es teh manis.

“Lihat dulu soalnya,” ujar Arga sembari mengambil soal milik Echa dan membacanya dengan seksama sembari meneguk minuman.

“Apa sebab khusus penjelajahan samudra? That's so easy, babe. Lemme tell you a story about this. Tapi katamu sejarah Indonesia?”

Echa tersenyum dan berkata, “Aku gak tahu. Tapi pokoknya sejarah wajib.”

Arga tertawa, bangkit dari duduk, dan mengajak gadis itu ke bawah pohon rindang yang ada di belakang sekolah.

“Jadi gimana?” “Gini ... jadi, zaman dulu itu ada kayak pasar rempah-rempah terbesar namanya Konstaninopel. Sebenarnya itu sebuah kota perantara yang menjadi transit rempah-rempah di sekitar Laut Tengah dan menjadi penghubung antara Asia dengan Eropa. Namun, pada 29 Mei 1453 Konstaninopel jatuh ke tangan Turki Ottoman. Nah semenjak itu, bangsa Eropa jadi kesulitan untuk mendapat rempah-rempah. Ditambah, perkembangan teknologi yang canggih dengan ditemukannya kompas. Selain itu, mereka juga ingin membuktikan teori milik Copernicus yaitu heliosentris atau bumi itu bulat.”

“Jadi, dari dulu memang udah ada ya perdebatan bumi itu datar atau bulat?” Arga tertawa dan mengacak-acak rambut kekasihnya itu.

“Iya. Mereka lebih pintarkan? Mainnya pembuktian. Berangkat dari benua Eropa terus ke selatan. Mereka penasaran, apakah mereka akan kembali lagi ke Eropa dari utara. Selain itu, ada satu alasan lagi, yaitu ingin menyebarkan ajaran agama. Yang paling terkenal ya agama nasrani.” Tepat setelah Arga menyudahi ceritanya, bel masuk pun berbunyi. Tak terasa, satu jam istirahat mereka habiskan untuk bercerita tentang penjelajahan samudra.

Arga bangkit, mengulurkan tangan dan membantu kekasihnya untuk berdiri lalu merangkulnya.

“Nanti aku ada ekstrakulikuler dulu. Kamu gak pa-pa kan kalau nunggu sendirian.” Echa menggeleng, lalu tersenyum.

“Ekskul PMR kan? Aku juga daftar kok.”