Call You Mine
“Kau tahu rasa sakit sesungguhnya? Ketika aku ingin memanggilnya sayang. Di kala aku bukan miliknya lagi,”
Suara petikan gitar menggema diseluruh penjuru ruangan kelas. Jeffrian entahlah sedang kesambet hujan atau bagaimana sudah duduk di tempat kekuasaannya dan bermain gitar pukul enam pagi. Padahal jam pertama kelasnya adalah pukul delapan.
Those were the good times That I miss you badly
Suara baritonnya sangat indah dan iya, dia baru saja putus dengan kekasihnya, Intan. Ia masih tidak menyangka saja bahwa asmaraloka yang baru ia bangun bersama dengannya harus ia tempati sendiri tanpa sosoknya.
“Ngapain lu Jeff? kelas lu kan masih nanti.” Suara khas itu yang dirindukan oleh Jeffrian. Ia tidak peduli dengan ucapannya dan masih melanjutkan nyanyiannya.
Sometimes I wish, that I could still call you mine
Intan terperanjat ketika mengetahui bahwa pria yang dulunya pernah menyandang status sebagai kekasihnya itu masih menyukainya. Ia bingung, karena di satu sisi ia sudah lupa dengan namanya jatuh cinta dengan seseorang bertubuh jangkung dengan lesung pipinya yang khas itu.
“Jeff—” “Iya, gua masih sayang sama lu Ntan, gua terkadang cemburu tiap lihat story Instagram lu lagi jalan sama cowo lain,” “Jeffrian, sorry ... tapi hubungan kita udah berakhir,” “Justru karena itu. Lu tahu? Gua masih pengen panggil elu sayang, gua masih pengen ngacak-ngacak rambut lu sampai lu keluarin muka masam lu yang lucu. Tapi gua sadar ...” Jeffrian menghentikan kata-katanya sebentar. Ia berdiri dan menghampiri Intan.
” ... bahwa gua bukan milik lu lagi.” Ia memberikan sebuah buket berisikan tulip putih yang ia bawa lalu meninggalkan Intan pergi dengan kesunyian ruangan kelas.
© hvangrcnjun ; 2021