Cepetan, dong!

Bola mata Cassiopeia berputar malas ketika suara pintu kamar mandinya terbuka dan menampilkan Olivia yang terkekeh tanpa rasa berdosa.

“Lo tuh mandi atau ritual bangun candi Prambanan? Lama bener.” Gadis berambut keriting itu berjalan memasuki kamar mandi, lantas berteriak heboh tatkala mencium aroma yang begitu sedap katanya.

“Gimana sedap kan?”

“TAI LO! KENAPA GA LO SIREM SIAL HABIS BOKER. PANTESAN LAMA!” Olivia tertawa, ia kini merapikan rambut dan barang yang akan ia bawa. Selepas itu, gadis bertubuh mungil dengan rambut yang terkuncir penuh seperti ekor kuda itu memilih untuk tiduran di ranjang sembari bertukar pesan dengan kekasih virtualnya, Rey.


“Cepetan dong, Cas!” omel Olivia ketika melihat temannya satu itu belum selesai dengan rangkaian perawatan kulit wajah yang sangatlah banyak itu

“Sabar setan! Gue belum pakai sunscreen.” Cassiopeia mengusapkan krim ke wajah, lantas berjalan memasukan pouch yang penuh dengan skincare yang ia pakai tadi ke dalam tas, lalu menarik koper menuju lantai satu rumah dan menemui Olivia yang menunggu dengan taksi yang ia pesan.

“Udah ayo!” Tanpa basa-basi, Cassiopeia langsung masuk ke dalam taksi, membuat Olivia berdecak kesal karena sahabatnya satu itu tidak peduli dengan barang bawaan dan menyuruh Olivia yang membereskan ke dalam bagasi.

“Lo nanti malem mau ikut Johan gak? Uji nyali malem-malem.”

“Gak ah, gue besok bangun pagi buat bikin sarapan sekelas. Awas aja lo sampe besok molor. Gue siram.” Bulu kuduk Cassiopeia berdiri tegap ketika mendengar ancaman Olivia. Wanita yang satu ini tidak pernah bermain-main dengan ancaman.

Mobil yang mereka tunggangi terus melaju dan berhenti tepat di depan gerbang sekolah yang ramai dengan anak-anak yang datang dengan berbagai macam barang bawaan, ada yang membawa tikar, wajan, bahkan kompor.

“Kita langsung ke belakang aja. Katanya Johan tadi pagi, kita tidur di tenda. Kecuali kalau nanti ada sesuatu, baru tidur di kelas.”

Cassiopeia menarik koper biru miliknya ke dalam sekolah, lantas merasakan sebuah notifikasi yang bergetar di kantung celana.

“Siapa sih yang chat gue jam segini?”