Cuci Tangan
“Lo kenapa sih Bim? Sampai gila cuci tangan gitu. Udah heh anjir, kering entar jari lo,” ucap Tama sembari mengambil paksa sabun cuci tangan yang digunakan oleh Abimanyu. Sebagai kaki tangan sekaligus sahabat Abimanyu yang selalu mengikuti jadwal kegiatannya bahkan sampai tidur di kamar yang sama, baru kali ini, seorang Abimanyu tergila-gila dengan aktivitas mencuci tangan.
“Saya lebih baik mundur saja menggoda Rosalinda. Melihat ketikannya cukup membuat Saya muak.” Abimanyu mengusap tangannya menggunakan handuk lalu melanjutkan untuk mengusap mukanya.
“Ya elo pakai gegayaan godain Rosa. Ga kuat kan?” “Tidak peduli Saya. Dendam Kirana harus Saya balas juga.” “Dulu katanya ga suka Kirana, kenapa sekarang peduli?” Abimanyu terhenti, lalu menumpukan tubuhnya di atas wastafel marmer. Tatapannya yang menatap lekat bayangan kini beralih menatap Tama yang melipat tangannya dan bersender di daun pintu kamar mandi.
“Saya tidak cinta sama gadis itu, Tama. Cam kan itu. Saya masih mencintai gadis kecil itu.” Tama hanya tertawa lalu mendekati Abimanyu dan duduk di atas wastafel itu sembari menghisap vape miliknya.
“Abim, sejak kapan sih lo bego banget sama yang namanya cinta? Dulu, Alea. Sekarang, Kirana.” Abimanyu memukul wastafel itu dengan keras hingga tangannya memerah. Ia sangat benci ketika nama gadis itu disebut karena menurutnya gadis itu sama saja seperti sang Mama. Penipu.
“Calm down brodi!” Tama menarik sahabatnya itu ke ranjang dan membiarkannya menenangkan diri.
“Udah. Tenang. Nanti gue aja ya yang bawa mobilnya. Lo kayak gini menurut gue bahaya.” “Oma bagaimana?” “Dia pulang sama Renita & Jeno.” “Jadi kemarin yang menggantikan baju Saya, Kirana?” Tama hanya menaikkan bahunya dan menjawab bahwa ia tak mengetahui. “Gue gak tahu. Yang gue tahu cuman ibu Kirana bawa elo ke kamar sendirian. Sisanya gue gak tahu.” Abimanyu mengusap wajahnya kasar dan bangkit dari duduknya di ranjang. “Sebentar, Saya ada telepon.” Abimanyu mengangkat telepon yang masuk ke ponselnya. Rupanya, itu panggilan dari sang istri, Kirana.
“Halo, ada apa?” “Tuan Muda masih pusing?” Abimanyu seketika keluar dari kamar dan berjalan kembali ke kamarnya. “Tuan? Tuan di mana?” “Keluar kamar.” Tepat setelah panggilan dimatikan oleh Abimanyu, Kirana membuka pintu kamarnya dan terkejut dengan pria di depannya. “Kenapa? Saya tidak pusing.” “Yah ... baiklah ... tadi Saya memesan air kelapa. Buat mengurangi hangover -nya.” Abimanyu tertegun, melihat Kirana yang membawakan sebuah kelapa dan menyuruhnya untuk minum.
Abimanyu mengambil air kelapa itu dan meneguknya. Sembari menatap sang ustri yang tersenyum dengan manis.
“Oh damn, Saya jatuh cinta dengan gadis ini,” batin Abimanyu namun tetap saja wajahnya hanya terpasang datar dan bibirnya hanya mengeluarkan kata terima kasih.
“Kita sarapan diluar saja bagaimana? Bareng Oma, Tama, Kak Renita, dan Jeno?” Abimanyu hanya menganggukkan kepalanya dan membiarkan gadis itu menentukan makanan yang ia mau.
© hvangrcnjun ; 2021