Dé Javu

“El, Eleana! Tunggu.” Jaeger berlari mengejar kekasihnya di sepanjang lorong yang padat oleh mahasiswa yang selesai kelasnya. Eleana tak peduli dengan teriakan Jaeger. Matanya berkaca dan sesekali turun membasahi pipinya, membuat ia sibuk mengusap secara kasar menggunakan punggung tangannya.

“Eleana. Kamu kenapa?” tanya Jaeger saat ia berhasil menahan gadis itu di parkiran fakultas. Jaeger menatap netra gadisnya itu. Tatapan teduh milik Eleana yang selalu Jaeger sukai sudah menghilang dan berganti dengan tatapan kecewa.

“Emang ya ... susah. Susah pacaran sama orang yang masih belum selesai sama masa lalunya,” ucap Eleana. “Maksudnya?” “Kamu lupa? Kamu dulu pacaran sama saudara kembarku sendiri, Eleanor? Aku baru tahu, Eleanor beri kamu lagu Muara, dan kamu nyanyikan lagu itu ke aku, Eleanor yang menemukan kafe itu, dan kamu yang mengajakku ke kafe itu, kamu berkata bahwa kamu baru menemukannya di internet. Tapi sejujurnya, kamu hanya kembali kan? Aku jadi tambah mikir. Kamu pacarin aku hanya karena kamu masih terbayang-bayang kembaranku kah?” tutur Eleana yang membuat Jaeger segera mengelak.

“Enggak sayang. Aku sudah selesai sama di—” “Do you get dé javu huh?” ucap Eleana sembari melepaskan cengkraman Jaeger secara paksa dan berjalan mendekati Jaeger.

It's over Jaeger Nathaniel. I'm not your girlfriend from now.