Far Away

“Nasa, kita mau kemana?” Gadis itu menatap ke seluruh penjuru kapal berbentuk kapsul dengan seksama. Hingga seseorang mengenakan jas berwarna putih menghampirinya.

“Kita sama Asteroids harus keluar dari bumi, Araya. Kamu tahu, ini telah tahun 3025 dan lihatlah.” Nasa menekan sebuah tombol dan nampak sebuah hologram yang berisikan data statistik yang Araya tak ketahui.

“Bumi sebentar lagi akan hancur karena pemanasan global yang kian parah ini. Kita hanya ada satu cara, Nasa berdiri dan membuka jendela. Memperlihatkan Jenza serta Zidane yang tengah merakit sebuah kapal berukuran besar.

“Apa?” “Kita harus meledakan bumi dan keluar dari sini.” Araya yang mendengar itu langsung terkejut, karena ia tahu bagaimana jadinya jikalau bumi ini di hancurkan. Kekeringan di mana-mana, oksigen yang hilang, dan bumi akan lenyap dengan sendirinya. Yang pasti akan membuat miliyar juta manusia harus meregang nyawa.

“Kamu gila? Mama-Papa aku gimana?” Pemuda itu hanya menaikkan bahu. Tak tahu akan bagaimana nasib para penduduk bumi. Karena di pikirannya, mereka bertujuh beserta Araya harus segera pindah.

“Nasa ....” Araya hanya bisa tertunduk lesu dan tepat sebuah kode masuk bahwa telah waktunya. Membuat Nasa mengenakan kacamata miliknya dan keluar dari kapal kapsul itu.

Araya mengikuti Nasa dari belakang, dan ia melihat Nasa yang menerima sebuah busur panah dari Chezar dan langsung membidik ke titik yang Araya tak ketahui. Ketika Nasa melepaskan anak panah itu, suara dentuman sangat keras menghampiri mereka. Membuat Nasa berteriak untuk bergerak mundur dan langsung saja, mereka berlari mundur sebelum dentuman itu mengenai mereka.

Araya berbalik, ia melihat betapa dentuman itu menyebabkan seluruh tumbuhan yang ada menjadi menguning dan mati. Begitupula dengan langit yang kini memerah serta hawa yang menjadi panas.

“Mama, Papa ... maafkan Araya.” Araya menoleh, menatap Nasa yang kini mengulurkan tangannya dan langsung saja ia naik ke atas pesawat yang membawa mereka ke luar angkasa.

Araya melihat isinya, ternyata tempat itu telah di desain seperti camp dan lengkap dengan beberapa pepohonan serta tanah.

“Kamarmu ada di atas Ar. Naik aja.” Araya langsung beranjak naik dan menatap keluar jendela. Rupanya, bumi telah berubah menjadi kuning. Bukan biru dan hijau seperti foto-foto yang beredar.

Araya sebenarnya merasa bersalah, secara tidak langsung ia membunuh miliyar orang yang ada di bumi dan pergi sangat jauh.

“Ar, Araya ...”


“Araya! Bangun heh anak kebo.” Araya langsung terbangun, rupanya ia masih berada di kamarnya dan ia terperanjat karena Nasa yang kini berada di sampingnya.

Gadis itu membuka ponsel, rupanya ia masih di tahun 2021, bukanlah tahun 3025. Namun mengapa rasanya sangat nyata?

“Kamu kemarin main Kena : Bridge of Spirits sampai jam berapa buset dah?” Araya memegang kepalanya yang sedikit pusing lalu duduk untuk mengumpulkan nyawa.

“Iya aku kemarin sampai jam dua, cuman buat ngumpulin relic punya Toshi. Seru soalnya sekalian bersihin beberapa curse yang ada.”

“Yeu dasar. Ya udah yuk buruan. Kamu harus tiup lilin ulang tahun di depan bujang lapuk itu.” Araya langsung mendorong Nasa keluar kamar dan ia harus mempersiapkan diri. Setidaknya agar ia tak terlihat kucel.

© hvangrcnjun ; 2021