Good Night
Bagas mengetuk jemarinya di atas helm. Tak peduli bahwa kini rembulan telah bersinar di atas kepala.
Udara dingin kota Jakarta kembali menyapa tubuhnya. Membawa kembali kenangan di setiap sudut kota, dari pikiran yang masih meliar ini tersisa secercah harapan ketika melihat lampu kamar sang pujaan hati yang masih menyala dengan sangat terang.
Ia kembali menemukan permatanya yang menghilang, dan membawanya pulang tanpa satupun luka. Membuat pemuda itu kembali tersenyum bagaimana pertemuan tak terduga antara insting kedua insan itu di pesisir Yogyakarta. Tempat yang sangat Bagas tak pernah duga dan di luar perkiraannya.
Bagas membuka ponsel, menekan nomor dial dan langsung diarahkan menuju panggilan suara ke nomor milik Sabiru.
“Hai, belum tidur, ya?”
“Baru mau tidur aku, tapi gak bisa.“
“Turun sini, saya ada di luar.” Jendela lantai dua itu terbuka, menampakkan gadis berusia dua puluh tahun yang terkejut bukan main dengan kehadiran Bagas.
“Kamu ngapain ke sini?” teriak gadis itu, tak peduli jikalau tetangga menggrebeknya karena membuat keonaran.
“Saya mau ngasih sesuatu buat kamu. Bukain gerbangnya, dong.” Bagas balik berteriak, membuat gadis itu hilang di balik tirai putih kamarnya, dan tiba-tiba membuka pintu rumah lalu menghampiri Bagas yang ada di luar.
“Ini dingin banget, Bagas. Kamu gak kedinginan?” Bagas menggeleng, namun gadis itu langsung meminta Bagas untuk memasukkan motor ke dalam lalu menghangatkan diri di dalam rumah.
“Kamu mau kasih apa?” Sabiru menaruh segelas coklat hangat di atas meja belajar miliknya. Memang seperti itu Sabiru, selalu membawa sang kekasih untuk masuk ke kamarnya saja. Bahkan sesekali meminta pemuda itu untuk menginap satu malam saja setiap kali Sabiru merasa resah dan takut. Membiarkan Bagas menggunakan bunk bed bagian bawah untuk menjaga Sabiru yang terlelap di bagian atas.
“Saya mau kasih ini.” Bagas memberikan sebuah amplop putih, membuat Sabiru tersenyum dan lantas membukanya.
Hal pertama yang ia temukan adalah sebuah flash disk berwarna putih bersih, seolah-olah Bagas baru saja membelinya.
Pemuda itu langsung meraih flash disk tersebut dan memasangnya di sebuah pemutar musik. Yang langsung saja, sebuah musik ballad menyapa telinga.
“Lagu baru, saya suka dan artinya bagus banget. Ya sudah saya simpan. Siapa tahu, kamu butuh itu lagu buat penenang.” Sabiru tak menggubris dan justru mengambil sebuah kartu ucapan yang ada di dalamnya.
Gadis itu membaca lekat-lekat dan sangat teliti bagaikan soal Ujian Nasional. Memahami makna tiap kata yang sangat singkat.
Langit malam yang dalam, memegang cahaya konstelasi. Aku akan memelukmu dan menghiburmu
Selamat malam, cintaku
“Bagas ....” Sebuah kecupan mendarat di pipi Sabiru dan pemuda itu tersenyum dengan sangat tulus.
“Good night and sweet dream, Sabiru van Dijk.“