Hari Terindah
“Arga, you're stupid. Argh! What should I do right now? Gue malu ketemu Echa.” Arga bermondar-mandir di lorong sekolah dan sesekali melirik ke arah lapangan belakang dari balik dinding. Melihat Echa yang kini sedang sibuk mengisi botol Aqua dengan air yang ada di galon dan sukses membuat Arga menepuk jidat.
Bagaimana tidak? Echa hanya berusaha menaruh botol di atas rerumputan yang datar dan mengangkat galon itu sendirian lalu menuangnya begitu saja. Yang alhasil, membuat air itu justru tak ada yang masuk ke dalam botol dan hanya terbuang mengenai sepatunya.
Namun, Arga hanya tersenyum geli ketika melihat gebetannya itu justru marah-marah dan kesal sendiri dengan kebodohan yang dia perbuat.
“Ekhem. Ada yang perhatiin diam-diam nih. Mandi sana Ga, terus nanti kita makan malem. Bau banget lu setan.” Arga terkejut dengan kehadiran Bagas di belakangnya. Membuat ia kini keluar dari persembunyiannya dan meninju sahabatnya itu.
Echa yang mendengar suara Arga, langsung mencari asal suara dan menemukan Arga yang kini tengah memarahai sahabatnya itu.
“Arga!” Bagas menatap Arga, seolah-olah memberikan petunjuk bahwa tuan putri akan segera datang. Arga yang menyadari itu segera menendang sahabatnya itu dan pergi.
“Gue mau mandi. Dah sono, urus dulu kerjaan.” Arga berjalan begitu saja.
“Arga! Eh, Bagas minggir dulu bisa? Aku mau ngomong dulu sama Arga. please“ “Dia mau mandi Cha. Lo gak mau kan pingsan kedua kalinya di kamar mandi?” celetuk Bagas yang kini menghadang Echa dan membiarkan sohibnya itu untuk melarikan diri.
“Ada gunanya juga si Bagas,” puji Arga sembari menyampirkan handuk putih di bahu. Lalu berjalan keluar dari kamar mandi dan mendapati Echa yang kini bersandar di salah satu pilar sekolah.
“Hai.” Arga menyapa Echa dengan sangat gugup. Pria itu masih menyimpan rasa malu setelah tak sengaja menekan tombol like di salah satu postingan gadis di hadapannya dan membuat akun pribadi milik Arga ketahuan.
“Jujur aja, gak pa-pa.” Echa menghampiri Arga dan tersenyum yang sukses membuat kaki Arga sedikit lemas.
“Gila, that smile so argh! Sadar Arga, sadar. Dia cuman temen kan? Tapi dia doimu.”
“Arga?” Arga langsung tersadar dari lamunannya dan menggelengkan kepala yang membuat rambutnya yang basah sedikit terciprat.
“Sorry,” ujar Arga yang kini mengusap wajah Echa dan membuat gadis itu merasakan jutaan kupu-kupu terbang begitu saja memenuhi perutnya.
“Sorry again. Sudah sana ke lapangan. Makan malam.” Arga segera pergi meninggalkan Echa dan gadis itu berteriak memanggilnya.
Ketika pria itu menoleh, gadis itu segera berteriak, “Kamu jangan lupa makan ya! Sebelum itu minum obatnya!”
Arga langsung mengacungkan ibu jarinya dan berjalan mundur lalu berbalik sembari tersenyum.
Sepertinya hari ini akan selalu Arga catat sebagai hari di mana dia hampir terkena serangan jantung akibat sosok yang dia cintai, Echa Baskhara Malik.