Hello Again, Someone I Loved

Suara teriakan dan canda tawa menyerebak keluar dari gedung sekolah taman kanak-kanak. Cassiopeia dengan pakaian semi formalnya setia bersandar di mobil Pajero putih sembari menatap satu persatu anak kecil yang keluar.

“Ibunnnn!!!” Seorang anak kecil berteriak, bahkan berlari kecil mendekati Cassiopeia dengan cengirannya yang khas seperti ayahnya. Tangan pria kecil itu melambai, menunjukan mahakaryanya saat acara di tempat kerajinan gerabah hari ini. Sebuah hati dengan tulisan berantakan milik bocah itu.

Laut ♡ Bunda Cassiopeia

Membaca tulisan itu seketika membuat air matanya menggenang. Ia kembali merindukan sosok Samudera, telah lama sekali perasaan itu terkubur dalam-dalam sampai ia membuka hati kepada seseorang atlet anggar yang dahulu ia wawancarai dan menjalin asmara hingga ke jenjang pernikahan. Namun, semuanya kandas tatkala melihat pemuda berengsek itu tengah bermadu dengan seorang wanita di hotel ketika dirinya tengah hamil tua.

Uncle yang ajarin aku bikin ini baik banget, Bun. Katanya ... Laut itu beruntung punya Bunda Cassiopeia, soalnya Uncle dulu kehilangan bintang utaranya.” Seketika Cassiopeia teringat sosok Samudera dan tepat di saat yang bersamaan, bocah bernama Laut itu berteriak, “Itu Uncle, hai Uncle!

Cassiopeia menoleh, mendapati Samudera yang menggendong seorang anak perempuan yang rambutnya terikat cukup rapi. Rasanya, gadis itu dutarik kembali ke momen pertemuan pertama mereka setelah putus, tapi dengan dua malaikat kecil yang menemani mereka.


“Sheila udah gak ada, Cas.”

“Maksudnya?” tanya Cassiopeia yang tak percaya dengan penuturan Samudera. Mereka kini berada di sebuah restoran cepat saji, untuk bercengkrama, menikmati makan siang, dan membiarkan putra-putri mereka bermain di area yang telah disiapkan pengelola restoran.

“Ya gitu, pas lahirin Kala ... dia gak selamat. Omong-omong, masih sama aja ya kamu, makan McNuggets harus pakai ekstra saos sambal.” Cassiopeia terkekeh, ia kembali meraih satu buah nugget ayam dan mencocolkan makanan itu ke sambal.

“Nama anakmu siapa, Sam?”

“Senjakala Timoer. Saya masih terngiang sama nama yang kamu sukai, kalau gak Fajar ya Senja. Oh iya, Cas. Saya dengar kamu ce—”

“Iya cerai. Dia lebih berengsek daripada William. Sok banget dia. Dikira udah lebih berkuasa di dunia anggar, main sama cewek sana-sini. By the way, aku turut berduka ya, Sam.” Giliran Samudera yang terkekeh, ia justru mengeluarkan sebuah surat dan meminta Cassiopeia untuk membacanya sewaktu senggang.

“Ini apa, Sam?”

“Saya tahu kamu nulis kisah kita di buku, siapa tahu ini bisa jadi pelengkap di bagian paling akhir di buku kamu.”


Cassiopeia melemparkan tubuhnya ke atas ranjang. Tubuhnya remuk setelah seharian mengejar laporan berita, bahkan matanya terasa sangat lelah karena seharian harus menatap layar prompter yang tak henti-hentinya bergulir membawakan narasi berita.

Ia teringat dengan surat dari Samudera, ia langsung meraih tas cangklong, mengeluarkan selembar surat yang dimasukkan ke dalam amplop yang menguning, dan mulai membaca setiap isi surat.

Saya merasa bahwa saya adalah pria terbodoh di dunia, menikahi seorang gadis tanpa rasa cinta, dan berharap akan muncul benih-benih cinta seturut berjalannya waktu. Padahal, saya sendiri masih mencintai sosok Cassiopeia seutuhnya.

Tetapi, Tuhan sepertinya lelah mendengar ratapan dan penyesalanku yang tiada habisnya. Ia memberikan maut di antara saya dan Sheila agar saya tersadar jikalau saya tak dapat hidup tanpanya. Tapi sepertinya saya sangat tidak tahu diri, ketika wanita itu meninggalkan seorang putri yang sangat cantik, secara tak sadar, saya memberikan nama padanya, Senjakala Timoer. Senja diambil dari nama kesukaan Cassiopeia dan Kala diambil dari namanya, Kalandra. Hanya karena saya melihat sosok Cassiopeia yang manis di wajahnya yang terlelap.

Cassiopeia, kalau surat ini tiba di tanganmu, kamu harus tahu sesuatu. Bahwa sampai kapanpun, saya mencintaimu. Sungguh egois dan tidak tahu diri memang, tapi benar kenyataannya, bahwa saya tak dapat melupakan satupun memori kebersamaan kita walaupun posisimu telah digantikan.

Akhir kata, bisakah kita memutar waktu kembali, Cas? Saya merindukanmu.