Herlian Dilaga & Anggar

Suara cengkrama menyeruak tanpa izin memenuhi gendang telinga Dilaga, kakinya yang begitu panjang terus melangkah, melewati setiap nat lantai kelabu yang nampak baru saja dibersihkan oleh petugas. Kepalanya celingukan kesana dan kemari, seolah-olah tengah mencari seseorang yang ia janjikan untuk bertemu.

Hi, Bro! Udah lama?” Sebuah rangkulan mengejutkannya, Samudera—teman yang baru ia kenal beberapa bulan lalu—menghampiri dan ikut mengantri ke arah meja kasir.

“Barusan nyampe, lo duduk di mana?”

“Di pojok sana, saya tidak enak kalau Cassiopeia dilihatin banyak orang setelah skandal buatan itu.” Kaki mereka melangkah, membawa mereka mendekat ke seorang pelayan restoran cepat saji yang tengah berjaga di meja kasir. Keduanya menatap lekat-lekat setiap kotak lampu yang berisikan menu.

“Minta McFlurry Oreo satu, McNuggets satu, Hot Coffee satu, kamu mau apa, Ga?”

“Big Mac aja gue, sama Cola.”

Wanita berpakaian hitam dengan topi hitamnya itu mengangguk, membaca ulang semua pesanan mereka berdua dari layar monitor seperti standar prosedur operasional yang sering Samudera lihat, dan bertanya, “Ada pesanan lagi?”

Samudera teringat suatu hal dan ia langsung berkata kepada wanita di depannya itu, “Minta Happy Meal yang Chicken Burger satu, pakai Kid-size fries, sama minumannya diganti Milo medium saja.”

Seriously? For senior high school's student, lo memilih buat nambahin Happy Meal? Buat adik lo pasti. Ya 'kan?” tanya pria yang kerap dipanggil Aga itu tatkala melihat Samudera tengah tersenyum sumringah sembari menatap dan memilih mainan mana yang cocok sebagai hadiah.

“Saya anak tunggal. Kalau saudara sepupu sih ada, hanya saja mereka di Surabaya sama sebagian di Jerman. Omong-omong bagus yang gantungan kunci ini, atau jam tangan?”

“Terus buat siapa? Gantungan kunci. Kalau jam, gue gak yakin bakal bertahan lama itu.” Samudera mengikuti apa yang dikatakan Dilaga, menaruh mainan gantungan kunci Hello Kitty di atas nampan yang telah penuh dengan pesanan mereka.

Mereka mulai melangkahkan kaki, memdekati seorang gadis yang mengenakan kacamata bodong pemberian Samudera. Bisa pemuda itu tebak, bahwa Happy Meals itu untuk gadis yang ada di sana. Mereka mulai berkenalan satu sama lain, membuat Cassiopeia tahu dan kenal akan latar belakang yang suram seorang bernama Herlian Dilaga.

“Gue bukan anak anggar, tapi agak ngerti anggar berkat kembaran gue. Gue dulu berusaha banget buat masuk ke dunia anggar buat balas dendam atas kematian dia. Tapi gak bisa, gue nyesel gak percaya sama dia, padahal dia separuh jiwa gue,” racau Dilaga sembari menenggak satu gelas Coca Cola.

“William emang orangnya kayak gitu, tapi gue sekarang udah ga bisa ngalahin dia. Power dia kenceng banget, semua orang takut sama dia, mungkin setelah masalah kembaran lo itu, tapi dia ....” Netra Cassiopeia melirik ke arah sang leo yang duduk di depannya. Membuat Samudera yang sedang menyeruput kopi hanya menatap balik mereka berdua.

“Iya, saya mau turun tangan. Masa lalu yang mulai liar, harus dijinakkan sama yang masa lalunya juga dilatih menjadi liar.”