Hujan & Basket

“Nih buat kamu.” Lokananta mengulurkan secangkir cokelat hangat yang ia beli di kantin lalu duduk di sebelah Teresa yang sedang selimutan dengan handuk milik Lokananta di tepi lapangan.

Hujan tak menampakkan tanda akan mereda, menciptakan suasana canggung di antara mereka. Suara air yang jatuh mengenai atap sekolah itu mengisi keheningan yang tercipta.

“Ter, kenapa kamu hujan-hujanan tadi.” Loka memecah kesunyian dengan pertanyaannya. Teresa menoleh dan secara tak sadar air matanya turun yang membuatnya kini menundukkan kepalanya. Loka yang menyadari hal itu justru berlutut di dekat Teresa dan menatap wajah Teresa.

“Putus sama pacarmu yang brengsek itu ya?” tanya Loka dengan tepat dan sukses membuat Teresa semakin menangis dengan kencang.

“Et et et ... Teresa. Saya minta maaf, sudah ya ... putri ga boleh terus-terusan menangis. Nanti pangeran ikutan sedih,” ucap Loka yang membuat Tere mendongakan kepalanya dan bertanya maksud dari ucapannya.

“Saya suka sama kamu sejak kamu menolong saya yang cedera, Teresa. Bolehkah saya menjadi pangeran di hatimu?”

© hvangrcnjun ; 2021