Kaos Merah

“Yeah maybe in six hour I will arrive on Toronto. Hahaha, I miss you too, GrandMa. Okey see you soon.” Arga mematikan panggilan dan kini ia lanjut melihat kaos. Hingga ia menemukan sebuah kaos yang ia cari.

Kaos berwarna merah tua dengan tulisan Vancouver dan bendera Kanada. Sama seperti kaos kebanggaannya saat duduk di bangku SMA. Memang hanya sebuah kaos, namun menyimpan banyak kenangan.


Jakarta, tujuh tahun lalu “Arga, kenapa kamu suka banget sama kaos itu sih?” Arga menatap kaos merah miliknya dan tersenyum menatap Echa. Memang setiap kali mereka pacaran, atau panggilan video selalu Arga memakai kaos itu.

“I don't know, ini banyak kenangannya buat aku. Di beliin almarhum Papa. Kamu gak suka kah? Bosen kah?” Echa menggeleng lalu memeluk tubuh pemuda itu.

“Aku suka banget malah. Baju ini tuh baju paling wangi yang kamu pakai.” Gadis itu tertawa, membuat Arga tidak terima dengan perkataan Echa.

“Kamu terus bilang baju aku yang lain bau gitu?” Arga menggelitik tubuh Echa dan membuat Echa tertawa terbahak-bahak.

“Please, forgive me. Arga geli, please”


“Fuck, gue lupa penerbangannya.” Arga yang tersadar dari lamunan langsung mengambil kaos itu dan membayarnya lalu berlari untuk check in penerbangan menuju Toronto.