Kapan Move On?

Arga menuruni satu persatu anak tangga sembari mengingat-ingat di mana ia meletakkan novel biru kecoklatan itu. Ia masih ingat bagaimana Echa sangat menyayangi karakter yang divisualisasikan oleh Jungwoo dari grup NCT bernama Elio.

“Arga tahu gak? Aku lagi gak sayang sama Dikta. Aku lagi jatuh cinta sama Elio,” tutur Echa di sambungan telepon di saat Arga mengerjakan skripsiannya di temani oleh sebuah lagu milik A-Wall yang bertajuk Loverboy.

“So?” Arga bertanya, membuat Echa kini merajuk tidak jelas di panggilan. Membuat pria leo itu menghrntikan aktivitas dan memulai bujukan mautnya.

“Am I hurt you? I'm sorry. By the way, why you falling in love with Elio? Is it cool or handsome? But, I'm always your best boyfriend more than your fictional boyfriend, right?” Echa tertawa, membuat Arga kini terkekeh dan merasa berhasil untuk menggoda sang kekasih.

“Kirimkan saja novelnya. Nanti biar aku baca.” Arga menimpali perkataannya dan melanjutkan semua cerita Echa yang tergila-gila dengan karakter fiksinya sedangkan Arga terpusing-pusing dengan skripsi.

“Ga! Maneh teh ngelamun? Ntar kerasukan setan Amrik kan urang bingung mau ngerukiyahnya pake apaan.” Arga tersadar dari lamunannya, dan melangkahkan satu kaki untuk turun ke lantai satu rumah kontrakan GrandMa. Sedangkan keempat pria itu hanya menatap Arga penuh tanya.

“Gue nyari novel punya Echa. Judulnya kalo gak salah 2,578.0 km? Gak tahu deh lupa gue, intinya angka gitu.”

“Ini?” Arga menatap dengan buku yang ada di genggaman Janna dan membuat Arga langsung sumringah. Ia menghampiri Janna dan mengambil novel itu.

“Kenapa novel Echa ada di elo deh? Kapan lo move on?” tanya Udin yang langsung membuat ketiga rekannya berusaha untuk menutup mulut pria bergigi kelinci itu.

“Echa suka sama karakternya, dan gue emang jatuh cinta apapun pokoknya tentang Echa. Dan tentang move on mungkin sekarang udah mulai *move on gue.”

“Terus si Elga itu gimana? Lo ga jadi pepet?” Semua tatapan sinis berpindah ke arah Bagas. Membuat Bagas kini terdiam dan berganti menutup mulutnya sendiri.

“Kaga. Gue gak mau mengulang kisah yang sama.”

“Maksudnya?” Kini gantian Dava dan Janna yang bertanya. Membuat Arga duduk bersila di atas karpet dan mulai menceritakan tentang kejadian ia melihat Luthfian di restoran.

“Hah? Si brengsek? Kalo gue jadi lo, gue bongkarin semua kebusukannya, apalagi kalau dia kembarannya Echa. Ya kali dia mau bernasib sama kayak kembarannya?”

“Gue gak mau banyak bicara dan menyelamatkan seseorang dari hubungan. Lagipula apaan? Gue udah tertolak habis-habisan dan Mereka bukan anak kembar.” Suara tawa menggelegar begitu saja setelah Arga selesai berbicara. Membuat Arga berpikir di mana letak kesalahannya.

“Mana ada sih orang nama sama, muka sama, tapi gak kembar?”

“Siapa tahu doppleganger?” bantah Arga. Membuat Bagas menepuk bahu Arga.

Brader, gak harus semua di selesaikan dengan cara. Ada juga beberapa yang butuh bicara. Salah satunya ini. Sekarang DM ElgaKhara. Gue nemu dia di komen elo.”

“Ya, nanti aja. Gue mau rampungin Elio dulu.” Arga berjalan ke halaman belakang, lalu merbahkan dirinya di salah satu kursi pantai yang diletakkan di sana. Tak lupa, ia memutar sebuah lagu yang sebelumnya telah ia corat-coret ala Pinterest.