Kebiasaan Aneh Samudera

A can of coffee for the winner.” Samudera berjalan mendekati mesin minuman otomatis dengan tangannya yang melingkar di leher Cassiopeia, gadis itu menggeleng. Dia tak terlalu suka kopi. Yang akhirnya membuat pria dengan gigi kelinci dan senyuman yang amat sangat manis itu bertanya, “Kenapa gak suka kopi instan?”

“Dulu pas SMP pernah beli, lagi ramai banget sama kopi botol, aku beli, aku habisin sendiri. Eh habis itu migrain seharian. Sejak itu, aku gak pernah minum kopi botolan, kalau minum malah mual sendiri. Hehehehe, sorry Samudera.”

“No prpblem,susu cokelat mau?” tanya Samudera yang baru saja memasukkan uang lembar berwarna biru ke bibir mesin otomatis. Pemuda itu melihat satu botol susu coklat berada di barisan paling bawah, ia akan bersedia untuk menekan tombol angka dari minuman manis itu jikalau Cassiopeia mau. Dan gadis itu mengiyakan, bahkan dengan nadanya yang ceria. Samudera menekan tombol angka, dan membiarkan benda berisi minuman cokelat itu terjatuh ke dasar sebelum ia ambil melalui sebuah lubang kotak. Permukaan botol minuman itu terasa dingin ketika bersentuhan langsung dengan kulit Samudera, ia mengeluarkan botol, dan memberikannya kepada Cassiopeia.

“Kamu kok ngopi mulu sih, Sam?” tanya Cassiopeia yang membuka tutup botol. Namun, ia tak kunjung membukanya sebab terlalu licin. Gadis itu bertanya demikian, karena selama dua hari sekolah dan menjadi teman satu meja, gadis itu selalu melihat berbagai macam kopi yang pemuda di depannya minum. Entah minuman botol, ataupun beberapa kali ia melihat Samudera membawa sebuah gelas berisikan es kopi dari sebuah brand café ternama.

Pemuda itu meraih botol dari genggaman Cassiopeia, membukanya dalam sekali putar dan memberikan botol itu kepada sang empunya sembari menjelaskan, “Saya gak bisa jalanin hari kalau tidak minum kopi. Sebenarnya, ingin sekali saya kayak anak-anak sekolah pada umumnya yang minum segelas susu sebelum berangkat sekolah, tapi saya intoleran sama laktosa. Jadilah, minum kopi.”

“Terus dari sejauh ini, kopi mana yang enak?”

“Es kopi yang selalu saya bawa ke sekolah. Beli di Starbucks dekat studio saya buat tembikar. Itu resep khusus sih. Less water, no sugar, just ice with eight shots of espresso.”

Cassiopeia bergidik ngeri mendengar penjelasan Samudera. Dalam satu gelas yang selalu ia lihat dibawa Samudera itu, terkandung delapan gelas kopi pekat dan hanya ditambah dengan sedikit air? Dia saja beli es americano untuk coba-coba seperti orang Korea sudah langsung tremor dan tidak dapat tidur semalaman. Apalagi delapan gelas?

“Terus begadang dong?”

“Enggak juga. Saya juga ngerasain ngantuk. Tapi kalau belum bisa tidur, ya mungkin … main komputer sambil nyemilin gula merah.”

“Gu-gula merah?” Kaki mereka terus melangkah, menuruni setiap anak tangga yang akan membawa mereka ke lantai bawah tanah bangunan itu. Samudera menautkan tangannya dengan tangan Cassiopeia yang masih terkejut dengan kebiasaan aneh pemuda itu. Bagaikan seorang pangeran, ia memimpin jalan dan menunggu serta menggenggam tangan sang wanita agar tidak terjatuh ketika ia sampai di bawah. Afeksi kecil dari Samudera berhasil menerbangkan jutaan kupu-kupu di dalam perut Cassiopeia.  Rasanya sangat menggelitik hingga menciptakan sebuah bulan sabit di wajah manisnya.

Tak hanya itu, Samudera yang baru saja membuka kunci mobil dengan remote justru berjalan ke pintu penumpang dan membukakan pintu untuk Cassiopeia. Bahkan, saat di dalampun, Samudera memasangkan sabuk pengaman untuk sang gadis dengan berkata, “Spesial untuk yang habis menang pertandingan, the queen of fencing from social three, Cassiopeia Kalandra.

Ucapan Samudera barusan sungguh menciptakan euforia baru untuk seorang Cassiopeia Kalandra. Membuat gadis itu tak henti-hentinya tersenyum malu. Bahkan ketika Samudera mengusap puncak kepalanya dan berkata, “Terima kasih, ya. Sudah melakukan hal yang terbaik versi kamu. Walaupun saya baru bertemu kamu dua hari, tetapi saya merasa sangat bangga telah mengenalmu.”

Sudahlah! Samudera adalah pria yang menyerang Cassiopeia dengan semua love language.