Kepala Pemasaran, Abella
“Gue, hubungin lo? Mimpi!” maki Abel ke ponselnya yang tak bersalah. Ia merasa sangat kesal dengan mantannya yang terlalu percaya diri itu.
“Samuel Hubert, lo kenapa gak dewasa-dewasa sih? Selalu pengen gue di deket lo gitu?”
Abel yang terus mengoceh tentang ketidak dewasaan seorang Samuel Hubert langsung terlonjak kaget ketika mengetahui bahwa jarum jam di kamarnya sudah menunjukkan pukul dua belas tengah malam. Ia menatap ke papan tulisnya yang penuh dengan agenda dan to do list.
09.00 meeting sama Pak Rendra 10.00 meeting promosi novel yang akan datang sama tim
“Mampus! gue belum nyusun materi sama sekali!”
“Selamat pagi semuanya,” sapa Abel sembari menahan kantuk. Beberapa karyawan menahan tawa saat melihat penampilan perempuan itu. Rambut yang mekar belum di sisir bagaikan singa, bibir pucat karena belum diolesi lipstick, dan alis mata yang botak karena belum sempat ia gambar. Bisa dikatakan, penampilan Abel sangat berantakan.
“Bel-Bel, lo semalem ngegalauin mantan atau ngelembur?” celetuk seorang pria dengan kacamata bening yang bertengger di wajah manisnya.
“Bacot banget lo, Jar! Gue nyiapin materi buat meeting, nih!”
Pemuda bernama Fajar itu tertawa, ia lantas berkata, “Iya deh, Ibu Kepala Pemasaran Penerbit Alinea. Gue percaya banget kalau lo gak pernah luput dari tanggung jawab.”
Fajar memberikan dua ibu jarinya.
“Kok lo tahu gue jadi Kepala Pemasaran?”
“Tadi pagi di layar informasi udah ditulis sama Pak Rendra, informasi kenaikan jabatan lo. Oh iya, katanya dia nyari lo. Rapiin dulu tuh rambut, sama minimal gambar alis lo dulu!”
Abel terkekeh, teman kantornya ini memang paling ahli dalam berkomentar.
Pantesan aja Pak Rendra jadiin dia ketua editor, batin Abel yang kini sedang menggambar alis matanya.
“Abel,” panggil Rendra setelah mereka selesai berdiskusi tentang perencanaan promosi kedepannya.
“Ada apa, Pak?”
“Kamu coba cari referensi promosi untuk novel Take Me to Paris, ya.” Rendra memberikan satu bundel kertas HVS. Di lembaran pertama tertulis judul dan nama si penulis naskah.
Take Me to Paris
Jule
“Saya tunggu nanti sore, ya,” ucap Rendra yang dijawab dengan anggukan kepala Abel.