Kostan Bujang

“Ini ya kamarmu Jen,” kata Senandika sembari membuka pintu kamar. Menampilkan sebuah kamar dengan desain minimalis dan kental akan nuansa monochrome.

“Oke thanks kak. Btw, gua mau nanya tentang kosan ini gih sekalian tentang foto yang ada diruang tamu.” Senandika menganggukan kepalanya lalu beranjak memasuki kamarnya yang ada di depan kamarku.

Aku mengikutinya dan terkagum dengan desain kamarnya yang tak kalah indah dengan kamarku. Nampak sebuah rumah tingkat beserta dua ekor kucing yang tengah asik terlelap.

Aku melihat Senandika mengambil sebuah album foto lalu duduk disofa dekat jendela kamarnya. Aku mendekatinya dan ia menunjukkan sebuah foto. Foto yang hampir sama dengan foto yang ada di ruang tamu.

“Kenalin, member Kosan Bujang. Awalnya dulu hanya Bastiaan yang menyewa rumah ini. Lalu kami satu persatu menempati rumah ini. Bastiaan ga tinggal disini sekarang. Setelah ada berapa anak berkumpul disini, ia memutuskan untuk membeli satu rumah dan tinggal disana. Ia kesini hanya sesekali untuk ya... melihat persediaan makanan.” Aku hanya mengangguk berusaha mendengarkan ceritanya.

“Nih,” ucap Dika sembari memberikan sebuah foto polaroid. Aku menerima foto itu dan melihat dengan lekat foto itu.

“Namanya Jevais dan Ezekiel. Kita satu kosan masih bingung aslinya mereka saudaraan atau anak kembar. Mereka nempatin kos ini duluan. Tepatnya disaat mereka SMA kelas akhir. Mereka nempatin tempat ini.”

“Terus mereka kemana?” tanyaku

“Biasa lagi kuliah... satunya anak kedokteran satunya lagi anak sastra inggris.” Aku menganggukan kepalaku lalu aku melihat sebuah foto di album Senandika.

“Kak, yang foto bareng elu itu siapa?”

“This one?” ucapnya sembari menunjuk seseorang yang ada difoto.

“Jangan bilangin bunda... he's my boyfie.” perkataannya seketika membuatku terbelalak. Bisa-bisanya kakak sepupuku yang dulu di Bandung gemar gonta-ganti perempuan sekarang memacari pria.

“Ya mana gua tau dek. Gua ketemu dia di kampus terus dia tau-tau pindah ke kosan ini terus yaudah makin deket ampe jadian,” katanya.

“Lu sama dia belom...” tanyaku yang berhasil memberikan satu tempelengan darinya.

“Lu kira gua pacaran ama dia main bokep BL? Kaga. Gua belom pernah,” ucapnya. Namun sayang sekali telinganya memerah dan aku hanya menyimpan jawabannya sendiri.

“Lah kak, sisanya ini kemana?” tanyaku sembari menunjukka foto mereka kepada Senandika.

“Oh okey gua kenalin. Diatas Jevais itu Adjie, sebelahnya Hendri, terus sebelahnya Hendri itu Yudha. Mereka lagi sibuk ngambis keknya. Orang belom balik ke kosan dari kemarin,” jelasnya.

“Dika...,” panggil seseorang sembari mengetuk pintu kamar Senandika. Si empunya kamar segera berdiri dan membukakan pintu.

Tampak seseorang bertubuh jangkung yang kini menyium bibir Senandika. Aku yang merasa menjadi nyamuk hanya berdeham dan seketika mereka berhenti dari aktivitasnya.

“Oh iya by hehehe. Kenalin ini adek sepupuku yang di Bandung,” ucap Senandika.

“Salken Kyle,” “Salam kenal juga kak, Rajendra. Ah iya gua harus ngerapiin baju dulu.” Aku segera keluar dari kamar Senandika dan segera masuk ke kamarku dan menutup pintu.

“Gila punya abang sepupu rada-rada. Gua kan jadi kangen uke gua anjir,” ucapku sembari membuka telepon genggam dan mulai mengirimkan pesan kepada pacarku yang ada di Bandung.