Louvre, Winter in December
Abella merebahkan tubuhnya di kasur. Menatap kosong langit-langit kamarnya. Tak ada angin, tak ada hujan, gadis itu mulai menangkupkan wajahnya dengan bantal sembari berteriak, “Bego! Abella Beatrice paling bego! Kenapa sih selalu telepon Hubert? Ditambah ini malah buka blokirannya Hubert.”
Merasa wajahnya kian memanas dan sulit bernapas, Abella menjauhkan bantal dari wajahnya. Ia meraih ponsel, membuka foto Samuel yang dikirimkan oleh Juliane. Gadis itu tersenyum masam ketika mengingat sejarah di tempat itu.
“Kenapa dulu gue mutusin Hubert di the Louvre Museum, ya?”
25 Desember 2021
Langkah kaki Abella tak henti-hentinya melangkah. Di tengah guguran salju yang membuat indah kota Paris, gadis itu tetap melangkah dengan satu hal yang sangat pasti. Membawanya pergi ke sebuah museum terkenal di ibukota Prancis.
“Hello, Darling. Joyeux noël!” sapa Samuel dengan senyuman indahnya. Pemuda itu memberikan hadiah, sebuah syal rajut yang begitu indah.
“Merci beaucoup, mon cher,” jawab Abella dengan kekehan di akhir. Sedetik kemudian, wajahnya berubah menjadi sendu. Menatap wajah tampan kekasihnya saja rasanya sangat enggan.
“Kenapa? Kamu sakit?” Abella menggeleng mendengar pertanyaan Samuel.
“Bert, I'm so sorry,“
“Kenapa? Kamu gak bawa hadiah? Gapapa, lagian kamu dateng udah jadi hadiah natal spesial buat aku.” Samuel meraih syal pemberiannya, mengenakan kain hangat itu ke leher Abella.
“Aku mau balik ke Indo.”
Tangan Samuel terhenti. Ia menatap penuh tanya ke perempuan di depannya.
“You said you want to go to Paris for go away from your parents right? Katanya kamu mau sama aku, bukan sama pria pilihan Mamamu, kan? Kamu lu—”
“Aku inget. Inget banget ucapanku waktu itu. Kembali ke Indonesia sama dengan hubungan kita putus. I'm so sorry, Hubert. Banyak pertimbangan yang harus aku pilih dan kembali ke Indo itu satu-satunya jalan yang aku punya.”
“How about your study?” tanya Samuel.
“Pindah juga.” Suasana hening menyelubungi kedua insan itu. Abella menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia mengeluarkan dua paperbag dan memberikannya kepada Samuel.
“Aku flight jam tiga. Ini hadiah natalmu, sekalian nitip buat Juliane juga. Aku pergi dulu, ya.” Abella tersenyum untuk berusaha menahan air matanya yang akan jatuh. Ia berjalan meninggalkan Samuel, namun pemuda itu justru berlari dan mendekap tubuh Abella.
“Aku tadi mau bilang ke kamu. The snow is beautiful, isn't it?“