Makan tuh Omongan Sendiri!

Ketiga remaja yang mendaulatkan diri mereka sebagai Ghostbuster itu berkumpul, namun tak hanya mereka bertiga, karena Johan justru membawa seseorang yang mengenakan jaket hoodie berwarna merah muda yang sangat kontras dengan pakaian mereka.

“Kenalin nih Zaffron, anak IPA 2. Dia nanti ikut buat hunting di sini. Mending biar seru, kita berdua-dua aja gimana?” usul Johan yang langsung disetujui oleh mereka. Jadilah, kini Samudera berjalan bersama Cassiopeia dan Johan bersama dengan Zaffron setelah berdebat cukup lama untuk memperebutkan siapa yang akan bersama Cassiopeia.

“Pakai nih, kamu emangnya kuat cuman sarungan doang?” Samudera memakaikan jaket hitam yang ia kenakan kepada sang gadis lantas mulai menaiki anak tangga menuju perpustakaan. Cassiopeia yang sedari kemarin pikirannya dihantui dengan sosok Samudera hanya dapat mati kutu ketika pemuda itu memberikan perhatian kecil itu.

Ia hanya menarik ujung bibir, lantas menghirup udara sebanyak mungkin agar tidak mati serangan jantung karena ulah Samudera. Tidak lucu jikalau ia masuk koran dengan judul headline yang nyeleneh.

“Ayo Cas! Kita harus buktiin kan ini benar ada hantunya atau tidak?” Baik! Kembali ke realita sesungguhnya. Gadis itu sedang menjalani kehidupan bergenre horor, bukan romansa anak remaja seperti cerita-cerita Disney. Ia mulai melangkahkan kaki, menyusuri setiap anak tangga menuju Samudera yang berdiri di ujung tangga sembari bermain bolpoin.

“Itu bolpoin siapa?”

“Nemu tadi jatuh di lantai. Sudah ayo!” Samudera berjalan menggandeng Cassiopeia, dengan jemari yang setia memainkan bolpoin hingga menciptakan suara cekrek yang menggema di seluruh penjuru lorong.

“Gantian dong, Sam! Aku mau juga!” Cassiopeia mengambil alih bolpoin dan memainkannya. Mereka berdua terus berjalan, tanpa peduli bahwa ada sosok wanita yang memandangi mereka dari balik pilar.


“Jo ... kenapa sekolah kita jadi aneh gini sih pas malem?” Kita beralih ke pasangan Zaffron dan Johan. Begitu kontras dengan pasangan sebelumnya, karena saat ini mereka berdua hanya berjalan perlahan-lahan dengan ketakutan.

Suara kodok yang tiba-tiba berbunyi membuat mereka berdua berteriak hebat, lantas memukul satu sama lain agar terdiam.

“Lo tuh apaan sih, Zaf! Katanya berani lo.”

“Ya lo juga bilangnya berani. Kenapa ikutan teriak?”

“Ya tadi pagi sih gue berani ....” Langkah mereka berhenti tatkala mendengar suara tawa yang menggema, membuat kedua pemuda itu menatap satu sama lain dan bergidik ngeri. Ditambah lagi dengan suara cekrikan bolpoin membuat mereka benar-benar ketakutan.

“Lo denger kan, Zaf?” tanya Johan dan Zaffron mengangguk. Mereka benar-benar mati ditempat. Kalau maju, mereka ketakutan, kalau mundur ... mereka juga nanggung.

Tiba-tiba ditengah kesunyian, suara dengkuran seseorang benar-benar membuat mereka berteriak hebat dan berlari, “SETANNNNN!!!!”


“Itu suaranya Johan sama Zaffron bukan sih?” tanya Cassiopeia kepada Samudera. Mereka kini hendak berjalan ke lantai atas, tepatnya naik ke bagian atap yang menjadi tempat ternyaman untuk mereka menikmati malam.

Pasangan muda-mudi itu terus bercanda, hingga Samudera berceletuk sesuatu, “Sejak kapan kamu suka kopi, Cas?”

“Aku? Suka kopi? Mana mungkin sih ... lupa kamu kalau aku suka pusing kalau minum kopi?”

Jantung Samudera dan Cassiopeia seketika berdebar kencang. Samudera berusaha untuk memastikan kembali, “Lah saya tadi lihat kamu ambil kopi di mesin sana, terus diminum sampai habis dalam sekali teguk.”

“Sam ... aku gak minum kopi. Lagipula tadi aku ke kamar mandi kan? Kan kamu nungguin di depan kamar mandi perempuan.”

“Saya gak di sana ....” Seperti ada yang mengontrol, mereka berdua menolehkan kepala ke arah cermin besar yang dipasang tepat di ujung lorong, disambut dengan dua sosok menyeramkan berpakaian seragam dan rambutnya cukup berantakan.

“Sam ... itu apa ....” Sepertinya karma melayang begitu cepat kepada mereka yang menyepelekan mitos sekolah Nusantara terkenal angker. Karena saat mereka memastikan bayangan itu lagi, justru satu sosoknya memperlihatkan wajahnya yang begitu rusak dan membuat Samudera serta Cassiopeia berteriak hebat. Mereka berlari menaiki tangga, menuju ke atap sekolah dan bersembunyi di tempat yang tertutup.

“Itu Intan bukan sih?” tanya Cassiopeia yang masih terengah-engah. Samudera hanya mengangguk dan menelan saliva untuk membasahi tenggorokannya yang kering setelah berteriak.

“Kayaknya kita kemakan omongan sendiri deh ....”

“Iya kayaknya. Ini kita gak bisa turun deh ... nunggu sampai besok pagi aja gimana?” Cassiopeia mengangguk cepat. Sepertinya mereka harus menunggu sampai matahari terbit. Tapi, tunggu. Cassiopeia tersadar dengan posisi mereka yang cukup aneh.

Gadis itu melepas dekapan Samudera, dan menyandarkan dirinya di sebuah beton yang digunakan sebagai gudang penyimpanan barang sekolah lama. Begitupula Samudera yang memperbaiki posisinya dan bersandar di beton pembatas atap.

“Cas ....”

“Kenapa?”

“Mau gak kamu jadi pacar saya?” Suara gebrakan pintu datang bersamaan dengan pernyataan rasa Samudera. Gadis itu kembali terkejut dan memeluk Samudera dengan erat. Pria itu mengira bahwa Cassiopeia menerima perasaannya dan membalas dekapan.

Namun justru sosok pria bertubuh jangkung dengan beberapa otot di bisep memergoki mereka tengah berpelukan, rupanya itu Johan yang berlari dari lantai satu ke atap.

“Asli tadi Intan kayaknya ngejar gue deh ... suara cekrikan bolpoin dia bener-bener bikin gue ketakutan sampai kepisah sama Zaffron.” Cassiopeia teringat dengan bolpoin yang menjadi masalah, ia mengeluarkan benda itu dari kantung dan menekan tombol sembari terkekeh.

“Lo nemuin itu di mana?”

“Gak tahu, Samudera nemuin di depan perpustakaan katanya.”

“Gak mungkin ... setiap jam lima sekolahan udah dipel sama pelaksana. Gak mungkin ada bolpoin ketinggalan atau jatuh, apalagi anak OSIS, anak MPK jarang di lantai dua. Itu pasti bolpoin Intan. Lo berdua diganggu kaga?”

“Iya kita berdua diganggu, makanya kita ada di sini.” Sepertinya masalah muncul kembali setelah Cassiopeia menekan bolpoin dan menciptakan suara berisik. Karena setelah itu, mereka berteriak cukup kencang karena sosok Intan kini menampakkan dirinya tepat di depan mereka dengan tatapan menyeramkan. Kapok deh uji nyali di SMA Nusantara, bukannya jadi asyik justru malapetaka seperti ini.