Masa Pengenalan

Jiza melangkahkan kaki memasuki halaman sekolah yang padat dengan mobil-mobil pengantar.

“Kamu baik-baik di sekolah. Jangan tawuran. Awas sampai Ayah tahu kamu tawuran sama kakak kelas.” Jiza langsung memberi hormat kepada pria yang mengenakan seragam aparat itu dan tersenyum sumringah.

“Iya, Ayah. Tenang saja. Aku masuk, ya.” Jiza mengecup punggung tangan Ayah dan berjalan memasuki sekolah untuk berbaris. Karena Ayahnya adalah seorang aparat, Jiza sangat baik sekali dalam urusan baris-berbaris. Maka dari itu, dia memancing perhatian panitia MPLS termasuk pasangan kekasih, Arga dan Echa.

“Itu kayaknya Jiza deh, Ga. Coba tanyain aja.” “Kan itu anak kelompok kamu. Jawa kan kamu?” “Ya kan kamu juga Jawa, sayang.” Arga menepuk dahi dan langsung menggandeng Echa untuk menghampiri Jiza.

“Maaf, ini Rajiza Agoye bukan?” Echa menatap Jiza dan pemuda itu mengangguk. Membuat Arga langsung merangkul pemuda yang sama tingginya dan membawa pemuda itu pergi dari barisan yang rupanya kelompok Kalimantan.

“Kak, maaf. Ini aku dikeluarkan dari barisan ada apa ya?” “Kamu salah baris. Itu Kalimantan. Harusnya di Jawa. Nah udah di sini aja. Kamu jadi perwakilan siswa.” Arga berteriak dan memanggil rekannya untuk memberi pengarahan singkat.

Di sebelah Jiza terdapat seorang gadis, sepertinya ia juga diseret kakak panitia untuk menjadi perwakilan.

“Salam kenal, Rajiza. Panggil saja, Jiza.” “Seli. Marselia.” Gadis itu menjawab sangat singkat dan langsung kembali menatap ke seseorang yang mengenakan name tag bertuliskan Bagaskara Kurniawan.

Itulah awal masa pengenalan Rajiza dan Marselia.