Menyapa dan Mimpi Kedua
“Boleh Kak, tapi sebentar saja ya.” Suster menuntun Seli untuk memakai alat pelindung diri. Lalu Seli kembali bertanya.
“Sus saya boleh taruh sesuatu kan di nakasnya Rajiza?”
“Boleh. Silakan.” Seli berjalan perlahan-lahan di bangsal hingga memasuki bilik di mana Jiza dirawat.
“Hai. Gue dateng bawa sesuatu buat elo.” Seli menaruh stoples kaca itu dan mengenggam tangan Jiza yang terbebas dari sentuhan dokter.
“Jiz, gue gak tahu lo di sana juga ngelihat hal yang sama dengan mimpi yang gue alami atau enggak. Tapi please Jiz. I hope that was true Bangun, Jiz. Gue kangen sama rese lo,” tutur Seli sembari setia mengusap punggung tangan Jiza yang terbebas dari sentuhan medis itu.
“Gue balik dulu, ya. Gue gak mau lo malah ngambek sama gue gara-gara mikirin elo terus. Besok atau nanti sore gue dateng lagi. Gue bawain bintang-bintang yang banyak buat lo.” Seli melepas genggaman Jiza dan pergi meninggalkan ICU untuk kembali ke rumah.
“Jiz ini apa?”
“Scan aja.” Seli mengeluarkan ponsel dan memindai kode tersebut. Ponselnya seketika terbawa menuju sebuah playlist yang berisikan lagu soundtrack kartun Frozen, Tangled, dan Aladdin. Gadis itu menatap lekat-lekat judul dan membaca sampul playlist tersebut.
“Gue kemarin menghindar dari elo karena gue itu belum yakin apakah gue bener-bener suka sama lo atau bukan. Tapi, ya sekarang gue benar-benar yakin. Makanya gue kasih playlist itu ke elo.”
Seli membuka mata, mendapati bahwa di luar tengah hujan deras. Lagu Symphony milik Clean Bandit masih setia terputar dari tadi siang sebelum ia terlelap.
And now your song is on repeat And I'm dancin' on to your heartbeat And when you're gone, I feel incomplete So if you want the truth
Seli ingat sekali Jiza pernah bercerita selain ia menyukai lagu Disney, ia juga sangat menyukai lagu yang dipopulerkan oleh Clean Bandit terutama lagu Symphony.
“Gue gak bisa ke tempat Jiza lagi ya?” Seli beranjak dari ranjang dan menuju ke meja belajarnya yang berada di depan kaca jendela yang sangat lebar. Membuat gadis itu dapat melihat pemandangan yang ada di depan rumah.
Gadis itu mengambil kertas dan menulis mimpinya. Setelah itu, ia membentuk kertas itu menjadi bintang dan memasukkannya ke dalam plastik bersama seratus bintang kosong yang hanya berisikan harapannya kepada Jiza.