New Project for Elion
Kaki jenjang milik Elion mulai melangkah dengan cepat, dirinya berusaha untuk menghindari beberapa paparazi yang terlihat mengerubungi pintu masuk gedung agensi Bhumi Entertaiment.
“Untung aja gue punya akses pintu belakang. Bisa mampus gue ntar.” Elion melepas masker hitam dan juga topi hitam yang ia kenakan, lantas ia masukan begitu saja ke dalam tas yang sedari tadi ia gendong.
Pemuda itu masih tak asing dengan gedung agensi yang ia pijak. Hanya terdapat beberapa perubahan kecil namun tak membuat dirinya pangling. Dirinya terus berjalan dan tak peduli dengan paparazi yang memotret dirinya dari luar kaca.
“Astaga kamu ini malah di sini ... ayo buruan!” Tian menghampiri Elion, lantas menarik lengan kekar milik pemuda itu untuk segera masuk ke dalam lift dan menghindar dari jepretan paparazi.
“Ngapain ngehindar sih, Bang? Kan sosmed terus berita pada nyariin gue kan?”
“Ya itu pikiranmu!” Sebuah toyoran mendarat begitu saja ke kepala Elion. Membuat pemuda itu mengaduh kesakitan dan memanyunkan bibirnya sebab kesal kepada sang manajer yang telah ia anggap seperti kakak sendiri.
“Pesaingmu dari agensi lain pada mau curi-curi lagi ini buat jatuhin kamu. Mau emang kamu rebahan terus-terusan?” Tian mendorong tubuh Elion setelah pintu lift terbuka. Membawa tubuh mereka menyusuri lorong menuju sebuah ruangan yang sangat ia kenali.
“Elion, ini CEO bilang, ada job drama buat kamu. Mau gak?”
Manusia macam mana lagi yang tidak bahagia ketika mendengar penawaran itu? Elion pun lantas bangkit dari sofa coklat yang empuk itu, lantas menggoncangkan tubuh sang manajer dengan penuh semangat.
Sudah satu tahun lebih semenjak dirinya hiatus dari bermain peran setelah skandal yang merusak reputasinya, membuat pemuda itu sangat bahagia jikalau akhirnya ia mendapatkan kepercayaan kembali oleh sebuah production house untuk bermain drama.
Regaz pun beranjak dari kursi kerjanya, menepuk lembut bahu Elion, dan menatap bangga salah satu anak didiknya.
“Syaratnya satu tapi, El,” ucap Regaz sembari berjalan mendekati sofa coklat dan duduk perlahan.
“Apaan? Gue bakal lakuin kok!”
“Lo harus jadi dokter selama enam bulan buat dapetin peran ini. Tapi gue sama Tian belum dapetin tempat yang cocok buat lo magang. Lo bisa cari sendiri?” Elion mengangguk penuh semangat. Untuk pertama kalinya, gelar sarjana kedokterannya akan terpakai demi sebuah peran.
“Nyokap gue punya rumah sakit. Nanti gue hubungin dia.”