Night Dinner
Kaki Arga memasuki sebuah restoran berdinding gelap dan disambut dengan interior klasik kayu yang khas.
“Hey!” Arga menoleh dan mendapati sahabatnya yang duduk di salah satu meja yang terdapat papan bertuliskan reserved.
“Heyyo, wassup. Arjuna Mahatma.” Arga duduk dan langsung menatap rekannya sewaktu sekolah itu.
“Hendrian miss you, katanya sih gitu,” ucap Arga yang membuat pria berwajah oriental itu tertawa terbahak-bahak.
“Telepon aja, buruan.” Arga menuruti permintaan Juna, membuka ponsel dan menghubungi nomor Aheng alias Hendrian.
“Ya Tuhan, ini gue baru tidur setelah ngurusin lagu lo. Kenapa lagi sih bujang?”
“Good morning Shakala's daddy.”
“Heh? Juned? Really? Apa kabar lo anak setan. Sekali tinggal di Kanada langsung lupa tanah air beta.” Juna tertawa, begitupula Arga. Namun suara tawa mereka berhenti ketika mata Arga melihat Elga dengan seorang pria yang tak asing menurutnya, Luthfian.
“Gue matiin dulu ya, Heng. Nanti bicarain aja mau rekaman online atau offline.” Arga langsung mematikan panggilan secara sepihak dan membisikkan sesuatu kepada Juna dengan bantuan buku menu sebagai penutup.
“Itu ada Luthfian, di arah jam sebelas. Dia sama cewek, gak tahu kenapa gue ngerasa kayak lihat Echa.”
“Udah deh, Ga. Kalau itu Luthfian, ya udah. That's he life. Lo udah gak bisa menyelamatkan cewek orang lagi kayak pas SMA.” Tepat saat Juna selesai dengan ucapannya, hidangan mulai datang dan menyapa mereka.
Hingga pukul enam lebih yang artinya, telah satu jam mereka habiskan untuk bercengkrama dan bercerita masa kejayaan mereka.
“Lo butuh fotografer buat album gak? Gue bisa bantuin nanti.” Arga mengangguk dan langsung pergi memasuki mobil. Meninggalkan Juna sendiri dengan sepeda miliknya.
“Fotografer album ya ... Bisa sih, apa gue bikin dua versi ya? Tapi lagunya? Bikin satu lagi aja deh.”