Nightmare

Pikiran Elion berkecambuk, pemuda itu masih berpikir tentang hal buruk yang harus ia hadapi esok pagi di agensi.

Kenapa harus dibatalin? Ada masalah apa? Gue bener-bener berakhir kah?

“El!” Sang empunya nama setia dengan pikirannya, tak menyadari bahwa pria ber-ID card dengan nama Nadiem itu memanggil dia.

“Elion!” Nadiem menepuk bahu Elion dengan kencang, membawa kembali kesadaran pemuda itu yang berkeliaran secara bebas.

Are you okay, Bro? Lo kalau ngantuk mending cuci muka dulu deh,” ucap Nadiem yang kini melipat tangan, membuat kemeja birunya kini tertutup dengan snelli yang ia kenakan.

Elion hanya mengangguk seraya mengacungkan ibu jari, menyatakan bahwa dirinya baik-baik saja.

“Gue cuci muka dulu deh. Nanti kalau ada sesuatu, telepon gue. Punya nomernya kan?” Elion menepuk punggung Nadiem, lantas melenggang begitu saja. Sebenarnya, pria itu berbohong jikalau dia ingin cuci muka. Karena kini pemuda itu berjalan menuju taman untuk berbicara kepada seorang wanita yang mengawasi dirinya.

Pemuda itu berbalik badan, memasukkan tangannya di kantong snelli sembari menatap tajam wanita berambut pendek sebahu, “Ternyata elo, dalang yang ngehancurin mimpi gue jadi aktor?”