Pendaftaran

“Gitaaa lo udah daftar kuliah?” tanya Tabita ketika gadis jenjang itu sampai di kafe tempat mereka janjian untuk melepas rindu sebab korona yang membuat mereka selama dua tahun tak pernah bertemu.

Rara hanya menggeleng, dirinya juga masih ragu buat ambil kuliah atau tidak. Sebenarnya dia ingin kuliah, tapi dia sangat malas jikalau berurusan dengan tugas esai dan jurnal. Udah deh, mundur aja dia kalau sampai ketemu tugas kayak gitu.

“Ayo dong, mana nih bestie gue yang katanya mau foto bareng gue pas wisuda?” Tabita memberikan semangat, hingga akhirnya gadis dengan rambut sebahu nan bergelombang di depannya memilih untuk membuka ponsel.

Jemari Rara mulai menyelam ke portal pencarian, mencari situs web official kampus incarannya.

“Ta, astaga!”

“Kenapa, Git? Ada apa?” Tabita mencoba melihat ponsel Rara dan melihat rentetan kata yang mengatakan bahwa pendaftaran akan ditutup tanggal sembilan.

“Besok ditutup. Ya udah, ayo ke rumah lo. Gue bantuin urus deh. Dasar ini anak ... .” Tabita menyeruput habis americano yang ia pesan, lantas menarik tangan Rara menuju mobil yang ia bawa. Untung saja, Rara tadi datang menggunakan transportasi online. Jadi, dirinya tak perlu pusing jikalau sahabatnya itu menarik dia ke mobil.


Kita berpindah ke kamar seorang Arga Maharu Awu. Netra pemuda itu masih memperhatikan satu persatu berkas yang telah ia pindai dan kini terpampang di layar monitor.

“Udah semua kan? Ijazah udah, rekap nilai udah ... bisa apply beasiswa kaga sih?” Jemari Arga memutar bola yang ada di tetikus, membuat laman itu bergeser sehingga ia bisa membaca beberapa informasi yang ada di sana.

“Gak di jelasin lagi. Ya udah deh, daftar dulu aja,” gumam Arga sembari menggerakkan kursor menuju tombol pendaftaran lantas menekannya hingga laman berganti.

“Gimana udah?” Ucapan seseorang dari balik pintu mengejutkan pemuda berwajah bule yang kini tengah menatap jadwal selanjutnya. Membuat Arga melempar buku jurnalnya dan untung sekali pemuda yang lebih tua darinya itu dapat menangkapnya dengan cepat sebelum mengenai wajah tampannya.

“Bang, lo bisa kaga ... masuk tuh ketuk.”

“Gak bisa he he he. Udah daftar kan lo?” Arga mengangguk dan dirinya kini mulai bermain DotA di komputer.

“Anjir lo, Ga. Join gue.” Judas kini berjalan keluar, seoertinya berlari menuju kamarnya untuk menyalakan komputer dan bermain permainan yang sama dengan Arga.