Perdebatan
Hawa dingin menyerang tubuh Johan ketika ia berjalan keluar di koridor kamarnya, maksud hati pemuda itu akan mengampiri Cassiopeia yang berada di seberang, dan oleh sebab itu, ia melirik ke kanan dan ke kiri untuk memastikan apakah ada orang lewat.
Sepertinya, hari ini berlalu dengan sangat cepat, Johan sendiri tak sadar bahwa saat ini malam telah kian larut dan langit telah menggelap. Ia mengomel sembari melompat ke salah satu dahan pohon yang cukup kuat, “Gue dari tadi di kamar mulu sampai ga nyadar kalau udah gelap.”
Kaki Johan bergeser dengan penuh ke hati-hatian, ia meniti pohon beringin, membawanya ke serambi kamar Cassiopeia yang ada di seberang, lantas mengetuknya.
“Astaga, lo ngapain ke sini? Gue mau turun. Mau bicara sama nyokap.”
“Rumah gue kosong, Cas ... please gue mau numpang nugas Geografi.” Cassiopeia memutar bola mata, pasti pemuda di depannya itu kelupaan untuk menulis soal geografi yang diberikan kemarin di kelas. Sampai-sampai ia merengek seperti ini untuk mengerjakan tugas di kamarnya.
“Ntar gue kerjain PR lo. Gimana?” Johan mengulurkan tangan, memberikan sebuah penawaran yang menarik kepada Cassiopeia. Anak mana lagi yang tidak senang jikalau anak ranking dua saat ini menawarkan diri untuk mengerjakan PR, begitupula dengan Cassiopeia yang langsung meraih buku geografi dari dalam tas, dan menyodorkan dengan cepat kepada Cassiopeia sebelum ia turun.
Dering panggilan masuk lantas menyusul kepergian Cassiopeia dan Johan langsung mengangkatnya dengan cepat seraya menghubungkan perangkat itu melalui headphone yang selalu melingkar di leher.
“Cassiopeia sudah turun?“
“Udah, santai aja. Percaya sama gue. Eh BTW, lo udah ngerjain geografi? Gue lupa kisi-kisi ujian harian bab satu apaan?”
“Letak, luas, dan batas wilayah.“
“Terus?”
“Karakteristik wilayah laut dan darat, jalur ALKI, sama isu strategis pembangunan maritim.“
“Eh itu yang 6⁰ LU-11⁰ LS tuh bikin mempengaruhi apa di Indonesia?”
Suara helaan napas keluar dari seberang, bisa ditebak kalau pemuda yang lagi dan lagi menjabat jadi ketua kelas itu tidak mencatat semua detail materi geografi yang minggu lalu dijelaskan.
“&Mempengaruhi iklim, cuaca, sama curah hujan. Sudah puas yang bertanya? Saya mau mendengarkan Cassiopeia.*”
Langkah kaki Cassiopeia menuruni setiap anak tangga, merasakan bagaimana suram dan mencekamnya atmosfir lantai satu. Ia menghampiri wanita yang duduk di sofa ruang tamu, lantas duduk memperhatikan tangan Andriana yang menunjukkan ponsel dengan foto tas merah anggarnya.
“Benar kata Samudera, tasnya beda jauh,” ucap batin Cassiopeia yang setia menatap layar ponsel sang bunda.
“Bunda, aku bisa jelaskan.”
“Kenapa kamu harus curang, Cassiopeia? Kamu mau buat reputasi Bunda hancur kah?” Tak kuat menahan emosi yang meletup, Cassiopeia justru menggertak balik Andriana dengan begitu tegas dan mengeluarkan ponsel untuk menunjukkan tas anggar miliknya.
“Aku heran sama Bunda. Bunda itu orang pertama yang kenal aku, orang yang seharusnya dekat sama aku, kok bisa-bisanya kalah sama seseorang yang baru kenal aku beberapa bulan?”
Andriana melihat foto yang diberi Cassiopeia, tas berwarna merah itu sangat berbeda. Milik Cassiopeia lebih cerah daripada yang ditemukan dan di tas Cassiopeia terdapat sebuah pin pita berwarna kuning yang terpasang di salah satu sisi.
Cassiopeia meraih ponsel, memasukkan benda pipih itu ke dalam kantung celana, dan beranjak pergi dari duduknya.
“Cassiopeia kecewa sama Bunda.”