Photobooth
“Hai.” Samudera menoleh, mendapati Cassiopeia yang begitu cantik dengan sweater dan celana overall-nya.
Samudera sendiri hanya mengenakan setelan denim yang ia padukan dengan kaos putih, cukup sederhana, namun sangat membuat pemuda leo semakin terlihat menawan. Tangan Samudera terulur, menawarkan sang kekasih untuk mengenggamnya, dan turun ke halaman parkir menemui kendaraan roda dua milik Samudera yang gagah.
“Mamamu di mana, Sam?”
“Ada urusan di ruko. Udah berangkat jam tujuh tadi. Sekarang, kita mau ke mana?” Tangan Samudera meraih helm putih, memakaikannya kepada Cassiopeia yang asyik berbicara tentang rencana pergi hari ini.
Tanpa basa-basi, Samudera mengiyakan permintaan sang gadis. Ia menyalakan kendaraannya, mempersilakan sang gadis untuk naik, lantas mengendarai kendaraan itu membelah kota.
Hawa siang itu cukuplah panas, ditambah dengan padatnya pengendara yang saling beradu tempat agar lebih cepat sampai kentujuannya. Netra Cassiopeia terus-menerus berjelajah, dari melihat pedagang koran yang menawarkan dagangannya yang tak kunjung habis, kernet yang terus berteriak mencari penumpang sampai serak, dan juga beberapa kalimat kasar yang terlontar oleh pengendara yang egois hanya karena dikejar oleh waktu.
Samudera hanya tersenyum kecil tatkala melihat sang kekasih yang tengah bereksplorasi. Kendaraan mereka berhenti, tepat di samping penjual koran yang menjajakan barang dagangannya. Iris coklat Samudera menangkap bagaimana judul koran hari itu tertulis dan terkesan menjatuhkan Cassiopeia.
“Kayaknya karirku cuman sampai sini aja deh, Sam. Kayaknya aku gagal buat nepatin janjiku ke Lautan.” Wajah Cassiopeia nampak tertekuk, sepertinya ia merisaukan tentang janjinya kepada sang teman masa kecil yang lama tak ia pikirkan itu. Samudera justru ikutan bersedih, ia meraih tangan Cassiopeia dan mengusapnya dengan lembut untuk menyalurkan ketenangan.
“Nanti saya mau lawan Willi. Dia tahu sesuatu tentang masalah ini. Jangan khawatir, oke?”
“Mau lawan apa?”
“Sebenarnya saya kurang yakin sih, tapi saya mau tanding anggar secara adil, dibantu sama seseorang.” Senyuman terulas di wajah Samudera, walaupun sangatlah tipis, namun senyuman itu sukses menular ke wajah Cassiopeia.
“Belok ke situ dulu! Kita foto di photobooth-nya!” Cassiopeia begitu semangat, jemarinya menunjuk ke sebuah kotak yang ada di taman, kotak itu sangatlah bersih, tak seperti biasanya yang berbau pesing karena sering dikira toilet oleh pemabuk.
Samudera memasuki kotak kecil, ditemani oleh Cassiopeia yang baru saja memasukkan uang agar mereka dapat mengambil beberapa gambar.
“Aku duluan, nanti dua gambar kita dengan gaya bebas, terus kamu. Oke?” Pemuda itu hanya mengangguk, ia mengikuti arahan Cassiopeia.
Satu foto diambil dengan Cassiopeia yang tersenyum lebar.
“Sini!”
Samudera menghampiri Cassiopeia, menarik kuncir rambut yang terikat di rambut Cassiopeia, membuat wanita itu terkejut bukan main hingga berusaha untuk meraih kembali kunciran itu, namun sepertinya shutter kamera lebih cepat, sehingga mereka hanya dapat tersenyum manis sembari menahan tubuh Cassiopeia agar tidak terjatuh ke pelukan Samudera.
“Mending foto biasa aja deh. Sini berdiri di sampingku.” Begitulah ucapan Cassiopeia kepada Samudera dan mereka langsung berfoto bagaikan pasangan yang akan foto untuk keperluan akta nikah. Dan terakhir, sebagai pelengkap, Samudera memotret dirinya sendiri, dengan senyuman yang terpasang dengan sangat manis.
“Sam,” panggil Cassiopeia ketika menunggu foto mereka tercetak sempurna, yang dipanggil hanya menoleh, menatap penuh tanya sang kekasih.
“Kalau kamu mau latihan anggar, aku bisa ajarin kamu.”