PROLOGUE

Sebuah ketukan antara spidol dengan permukaan papan tulis membuat kedelapan pemuda itu kembali ke dunia mereka. Arga, Hendrian, Arjuna, Renjana, Madava, Naufaludin, Bagaswara, Chesna, serta Rajiza secara serempak memindahkan atensi mereka kepada gadis dua puluh tahun yang kini melipat tangan.

“Kalau ada yang ngantuk, cuci muka. Gue tahu, kalian semalem lembur yang bikin makalah lah, bikin lagu, desain sampul, apalah. Gue mau kalian fokus ke sini.” Margareth membuka tutup spidol dan mulai melingkari sebuah judul,

Bumilangit New Year Fest

“Konser gitu?” tanya Arjuna yang di jawab dengan acungan ibu jari Margareth.

“Iya, Papi besar meminta kita untuk mempersiapkan sebuah event akhir tahun. Festival musik.” Euforia bergejolak, kesembilan bujang itu saling berselebrasi karena akhirnya mereka akan merasakan panggung musik milik mereka. Bukan hanya panggung musik yang selalu mengundang mereka.

“Gue mau, kalian buat desain. Mau kayak gimana. Buat jadi proposal dan kasih ke gue. Biar nanti gue kasih ke Papi besar.”

“Siap laksanakan, Mami cantik!” jawab mereka serempak.