Rahasia Samudera & Johan

Langkah kaki Samudera yang begitu besar dan jauh membawanya ke belakang panggung yang penuh dengan bangku dan peralatan untuk pertunjukkan drama. Johan kini mengajaknya masuk ke ruangan audio yang ada tak jauh dari sana, mejutup pintu dan melipat tangannya seraya memandangi Samudera.

“Gue to the point aja lah ya, kalau lo suka sama Cassie, mundur aja. Saingan lo temennya masa kecil.” Samudera mendengus, ia melihat sesuatu yang berbeda dari Johan. Ia berjalan melewati pemuda itu untuk mendekati sound mixer, mengabsen setiap bagian satu persatu dengan jemarinya. Lalu ia mulai berbicara, “Saya bingung. Sebenarnya yang benar itu, Lautan yang suka Cassiopeia atau kamu yang suka sama Cassiopeia tapi ketolak karena sosok Lautan yang dulu selalu kamu bully?

Samudera berbalik, menatap balik Johan yang kini mulai bertanya-tanya sebab itu adalah cerita lamanya yang telah ia kubur dalam-dalam. Hanya dia dan Cassiopeia yang tahu cerita itu. Apakah gadis itu yang menceritakan kisahnya kepada Samudera.

“Kaget ya? Jujur saja, Cassiopeia tidak memberitahu saya apapun tentang kamu. Tapi, saya ingat saat lihat foto masa kecil kalian di akun Instagram Cassiopeia. Oh ini kah? Johan temannya William Fernando? Gimana kabarnya sekarang? Masih suka bully orang dan manipulasi tidak?”

Johan mencengkram kerah baju Samudera, ia berteriak tentang siapa Samudera hingga menggema di seluruh penjuru ruangan kecil itu dan mencuri keluar hingga menggema ke aula yang kosong. Samudera menyentuh kedua pergelangan tangan Johan, menariknya agar terlepas, dan berdesus, “Jangan kencang-kencang, saya tidak mau Cassiopeia tahu dan saya sangat yakin kamu bisa jaga rahasia ini kalau dilihat-lihat. Saya pria yang William kata tidak bisa berbicara dan mainan pasir seperti anak perempuan. Dan sayalah orang yang selalu gadis itu sebut Lautan.”

Ucapan Samudera barusan membuat Johan kini terbatuk, ia terkejut saja, jikalau korban perundungannya dahulu justru berada tepat di depannya dengan tampilan yang berbeda. Namun, Samudera yang sangatlah pemaaf itu justru merangkul Johan dan tersenyum lebar seakan berhasil menemukan temannya yang hilang.

“Santai aja, rahasia kamu aman, kalau semisal William nanti ganggu kamu karena dekat sama saya, bilang aja. Sesama pria harus selesaikan masalahnya, lebih baik kalau selesaikan di atas ring. Tapi janji dulu, jangan bilang ke Cassiopeia kalau saya Lautan.”

“Iye-iye gak gue bilangin. Tapi jangan buat dia sedih, ya.” “Kamu beneran suka Cassiopeia kah?” goda Samudera sembari menarik pemuda itu keluar dari balik tirai panggung, membawa pemuda itu kembali ke kelas.

Samudera dapat menebak jelas karena sikap Johan tadi saat Samudera mendapatkan hukuman dan dialah yang berdiri untuk memisahkan Samudera. Bahkan sampai di titik seorang Johan Prince menyuruh Samudera untuk mundur benar-benar membuat semua hal menjadi jelas. Bahwa Johan menyukain sosok Cassiopeia.

“Gak bisa, Sam. Gue udah ditolak lima belas kali sama dia gara-gara lo doang.” Johan menghentikan langkahnya, meraih tangan Samudera yang bertengger di bahu, dan menurunkan tangan itu sembari melanjutkan perkataan, “Samudera, tolong jaga Cassiopeia baik-baik. Walaupun dia kelihatan setangguh itu, dia itu penuh kesepian. Cuman sosok Lautan terus yang ada di otaknya.”

Johan menepuk bahu Lautan, ia tersenyum dan meninggalkan pemuda jangkungitu sendirian di serambi kelas. Samudera mengangkat lengan tinggi-tinggi, bahkan jemari kakinya juga ikut berjinjit.

Setelah ia selesai dengan perenggangan singkat itu, ia segera masuk ke kelas untuk menghampiri Cassiopeia yang masih setia duduk di bangkunya karena takut dengan jam pelajaran terakhir, yaitu sejarah Indonesia.

Gadis itu ketakutan karena sialnya, kelas mereka mendapatkan guru yang amat sangat menakutkan dan mematikan. Terkenal sebagai si penagih buku poin karena sekecil apapun kesalahan yang dilakukan murid, ia akan meminta buku poin.

“Santai aja, Cas. Muntopo izin. Jadinya jam terakhir lo bisa tidur di kelas. Tahu sendiri kan lo kalau Muntopo izin suka gak ninggalin tugas,” celetuk Johan. Cassiopeia mendongakkan kepala dan dengan gerak cepatnya, ia berbalik ke arah Johan untuk memastikan info yang baru ia dengan sebelum akhirnya ia berteriak sekencang mungkin untuk merayakan momen terindahnya untuk hari ini.

Yes! Muntopo enggak masuk! Kalau gini kan gue bisa tidur, nyiapin tenaga buat nanti latihan anggar.” Samudera terkekeh, dalam hatinya ia menahan untuk mengacak-acak rambut Cassiopeia atau minimal memcubit pipi gadis itu. Karena jujur saja, terlalu menggemaskan melihatnya berjingkrak-jingkrang gembira seperti itu.