Ramalan yang Tepat

Rintik hujan membasahi kota indah, Paris. Suara Sam Kim yang indah di lagu Love Me Like That memenuhi telinga Samuel. Pemuda itu asik melihat keindahan kota dalam balutan hujan, mengabadikannya ke dalam goresan cat akrilik. Bibirnya sesekali berkomat-kamit mengikuti lirik lagu.

You see the world in colors, I see in the black and white. Paint me a picture, out of the lines that.

Retweet gue udah dibaca belum, ya? batinnya sembari menahan tawa. Baru saja, ia melihat cuitan milik Abel yang menurutnya sangat lucu. Samuel tak segan-segan mengomentari melalui quote retweet.

“Sam!” pekikan Juliane mengejutkannya. Rupanya, pemuda itu sudah memanggil nama Samuel sejak masuk ke flat. Tapi, suara Juliane kalah dengan speaker bluetooth dan lamunan Samuel. Juliane hanya menggeleng heran, berjalan menuju dapur untuk menaruh belanjaannya.

“Lo dapet chat, gak?” tanya Samuel. Juliane yang baru saja mengeluarkan roti baguette seketika heboh mengambil ponsel dari kantung celana training yang ia kenakan.

Non. Qui a envoyé le message?” tanya Juliane balik.

“Presiden Direktur Penerbit Alinea. Morendra. Check your email.

Juliane kembali membuka ponsel, mencari aplikasi surat elektronik di kumpulan aplikasi permainan yang begitu banyak. Sampai akhirnya, ia menemukan e-mail yang dimaksud oleh Samuel.

“Se-seriusan ini Rendra nanyain lo masih desain cover?”

“Lo mau tahu satu hal kaga?”

“Apaan?”

“Baca bagian terakhir e-mail.”

Juliane membaca bagian penutup surat dan ia terkejut bukan main. Ia berkata, “Anjir, lo dapet bisikan dari mana?”

Nanti buat desain dan yang lainnya. Biar Ketua Pemasaran gue aja yang chat lo. Namanya Abella Beatrice.