Rembulan

“The moon is beautiful isn't it?” bisik Raka ke telinga seorang gadis yang berhasil membuatnya menoleh dan memukul pelan bahunya.

Gadis itu masih mengenakan seragam kantornya dan sebuah id card berisikan foto dan wajahnya menggantung di leher. Namanya Mentari, gadis yang selalu didambakan oleh seorang bernama Raka Jumantara sejak duduk di bangku kuliah.

“Ga usah aneh-aneh deh Rak. Gua udah tau maksud katanya dari internet. Bahasa Jepangnya ini kan, 月が綺麗ですね, arti tersiratnya I love you kan?” (tsuki ga kirei desu ne). Raka hanya memasang wajah cengo khasnya. Entah mengapa, mau dia cengo sekalipun, wajah tampannya akan menutupi betapa aibnya wajah Raka.

“Nahkan kaya orang bego lagi. Rak, gua bilangin lagi deh. Gua tahu, tahu banget kalau lu suka sama gua dari jaman masih kuliah. Tapi Raka ...” Gadis itu merubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Raka. Matanya menatap lekat netra Raka yang seteduh bulan purnama kala itu.

“Rembulan tidak akan pernah selamanya bersama mentari, memang ada waktunya mereka bertemu dan tercipta sebuah gerhana matahari. Tapi itu hanya sementara Raka. Begitu pula gua sama elu. Lu Raka dan gua Mentari. Ga bakal bisa bersatu karena gua tahu, bokap sama nyokap sekeras itu sama anak semata wayangnya. Sahabatan aja ya? Biar lu nanti sama bintang, gua sama awan.”

© hvangrcnjun ; 2021