Rosalinda
“Rosa!” tegur Abimanyu ketika melihat tubuh jenjang milik Rosalinda memasuki pelataran Starbucks Paris van Java. Kini Abimanyu meneguk Caramel Macchiatonya dan berlagak bagaikan pria normal pada umumnya.
“Hai Abim ... kenapa manggil Rosa?” Sejujurnya, ketika mendengar suara genit Rosa, bulu kuduk di tengkuk Abimanyu langsung merinding geli. Benar-benar gadis itu sangat haus akan kekayaan miliknya.
“Saya merasa salah meminang. Harusnya Saya meminang kamu menjadi istri Saya.” Rosa hanya tersenyum dan tertawa. Sedangkan Abimanyu harus setia memasang senyumannya yang menggoda itu walaupun aslinya dalam hati ia ingin mencaci maki gadis di depannya itu.
“Ah Abim, gak usah bilang gitu ih. Rosa jadi malu.”
“Saya cinta sama kamu Ros. Tapi Saya belum bisa menikahimu.” Abimanyu mengatakan hal itu dengan nada yang sedikit serius. Pastinya agar membuat Rosalinda semakin jatuh hati kepadanya.
“Mending Abim sama Rosa saja. Daripada sama Kirana. Dia bawa sial.” Gadis itu tertawa, dan Abimanyu hanya mengikuti apa yang ia tuang di skenario miliknya.
“Ya sudah. Sampai ketemu nanti lagi ya Rosa. Saya ada urusan dulu di Bandung. Untuk minumanmu, biar Saya yang bayar,” ucap Abimanyu sembari mengeluarkan satu kartu debit miliknya dan berjalan ke kasir. Memesan lagi segelas Caramel Macchiato dan membayar minuman milik Rosa.
Sudah banyak rencana jahat di kepalanya ketika ia memasuki mobil. Ia hanya tersenyum dan bermonolog, “Rosa ... Rosa ... bodoh sekali kamu.”
© hvangrcnjun ; 2021