Rusak Segalanya
“Abimanyu. Apa maksudmu?” Gadis itu menggertak dan menatap Abimanyu dengan tatapan sinis. “Kenapa? Masih kurang puas suamimu menjadi general manager? Mau Saya naikan lagi jabatannya? Oh atau ... kamu kehilangan suamimu?” Abimanyu menatap balik gadis di depannya.
Hingga suara panggilan Kirana membuat Rosa menoleh dan secara langsung menarik krah kemeja Abimanyu dan mencium bibir pria itu. Membuat senyuman yang tercetak di bibir Kirana seketika pudar dan ia pergi meninggalkan Abimanyu.
“Kirana? Mau kemana?” tanya Tama yang baru saja keluar dari mobil ketika gadis itu berlalu di depannya sembari mengusap air mata yang mengalir membasahi pipi. Lalu disusul oleh Abimanyu yang berteriak memanggil Kirana.
Bagi Kirana, semua ini telah rusak termasuk kepercayaannya. Namun bagi Abimanyu, hal ini membuatnya deja vu akan kejadiannya dahulu yang memergoki sang Mama mendua.
“Kirana tunggu! Itu bukan yang seperti kamu lihat.” Abimanyu akhirnya paham bagaimana perasaan sang Mama yang dahulu mengejarnya. Ia tak mempedulikan beberapa kali suara klakson berbunyi hingga pada akhirnya gadis itu justru membalik tubuhnya lalu berlari menghampirinya dan berteriak, “Abimanyu, awas!”
Kirana mendorong tubuh Abimanyu dan menjauhkan pria itu ke bahu jalan. Berbeda nasibnya dengan Kirana yang kini justru tertabrak mobil yang melaju dengan cepat ke arahnya dan membuat tubuh mungil gadis itu terpental.
“Kirana!” Abimanyu dan Tama serempak berteriak lalu berlari menghampiri tubuh Kirana yang tak berdaya di atas aspal. Orang-orang mulai menghampiri tempat kejadian dan dengan cepat Abimanyu yang sudah sampai langsung berteriak kepada Tama untuk menghubungi polisi. Sedangkan dirinya langsung menggendong tubuh Kirana dan membawanya ke dalam mobil.
“Gue aja yang bawa mobil. Gue gak yakin lo bisa waras yang bawa mobil kalau kondisi lo kayak gini.” Tama membuka pintu kemudi, menyalakan mobil dan melajukan mobil sedan itu pergi dari TKP menuju rumah sakit terdekat.
“Kirana, dengarkan Saya. Tolong. Dengarkan Saya,” racau Abimanyu sembari menepuk wajah Kirana agar gadis itu tak terpejam. Pada akhirnya mobil itu memasuki pelataran rumah sakit dan dengan cepat Abimanyu segera menggendong tubuh gadis yang ia cintai itu masuk ke dalam gedung rumah sakit.
“Tolong istri Saya!” teriak Abimanyu dan kini suster datang sembari mendorong sebuah ranjang. Ia menidurkan tubuh Kirana di atasnya dan membantu untuk mendorong ranjang itu memasuki ruang pemeriksaan. “Tuan tolong tunggu sebentar.” “Tapi istri Saya butuh Saya!” “Tolong ya Tuan.” “Istri Saya di dalam, Sus. Biarkan Saya masuk.” Tama menarik tubuh Abimanyu untuk duduk dan menarik napas. “Tenang, oke? Gue yakin. Ibu Kirana itu gadis kuat. Lo lupa yang dia ngehajar habis-habisan preman itu pakai satu koper?” Abimanyu memikir ulang apa yang dikatakan oleh Tama dan ia hanya mengangguk.
“Ya udah. Gue mau ambil baju lo dulu ya. Lihat noh baju lo darah semua.” Tama bangkit berdiri, melempar dan menangkap kembali kunci mobilnya dan menepuk bahu Abimanyu. Ya, sekedar untuk memberikan dukungan kepada pria yang menjadi sahabatnya itu.
“Gue pergi dulu ya.” Tama pergi meninggalkan Abimanyu dan tepat setelah itu, dokter keluar dari ruangan pemeriksaan dan berkata kepada Abimanyu bahwa kondisi Kirana sangat kritis karena beberapa cidera di tubuhnya yang fatal dan membutuhkan tindakan operasi.
“Tapi kemungkinan setelah di operasi, gadis itu harus mengalami koma yang kemungkinan akan panjang.” Abimanyu hanya mengacak-acak rambutnya frustasi dan membiarkan dokter melakukan apapun kepada istrinya.
“Baiklah, ibu Kirana akan segera kami operasi.” Dokter itu berlalu meninggalkannya dan membuat Abimanyu hanya terduduk pasrah di lantai dinginnya rumah sakit.
© hvangrcnjun ; 2021