Setrika Buku

“Jiz? Ini beneran gue pakai kaos lo? Besar banget sampai jadi daster.” Seli memandang lekat-lekat sebuah kaos berwarna krem dengan lengan panjang. Gadis itu masih menahan rasa dingin yang menusuk hingga ke tulang, sedangkan Jiza kini mengacak rambutnya yang basah.

“Iya. Daripada lo kedinginan gitu. Sekalian mandi aja, kotor. Udah gue siapin air panasnya. BTW, buku lo aman kaga?” Seli menggeleng. Ia hanya menunjuk ke arah di lantai tempat ia menaruh tas hitam. Jiza langsung menghampiri tas Seli dan membukanya. Pemuda itu mengeluarkan semua buku Seli dan beranjak pergi menuju kamar. Mengambil sebuah kain dan setrika listrik yang alhasil membuat Seli kebingungan setengah mati.

“Buku gue jangan lo bakar, Jiz.”

“Cerewet. Mandi sana keburu dingin.” Seli menurut dan Jiza kini mencolokkan setrika untuk mendapatkan aliran listrik lalu membiarkan hingga sedikit hangat. Pemuda itu membuka sebuah buku yang tak selamat dari hujan, melepas plastik sampul dan membuka tepat di tengah halaman. Pemuda itu berniat untuk menyetrika buku milik Seli dengan setrika. Namun karena pemuda itu takut membakar buku Seli, Jiza melapisi buku itu dengan sebuah kain sebelumnya.


“Jiz? Lo apain? Ini kenapa hangat gini? Lo setrika beneran?” Seli menempelkan buku bahasa Indonesia di pipi, memastikan bahwa ia tak salah merasakan bahwa buku itu hangat. Gadis itu telah usai membersihkan diri, dan ia kini tampil sangat lucu dengan kaos Jiza serta rambut yang ia kepang.

“Yang penting kering kan? Sama kenapa rambut lo kuncir gitu? Bukannya basah?”

“Kepo banget. Suka-suka. Nih, catetan bahasa Indonesia, tadi materinya teks eksplanasi sama eksposisi.”