Tantangan
Samudera beranjak dari bangku taman, membuat Cassiopeia terlonjak melihat perubahan emosi Samudera yang menjadi begitu marah.
“Saya mau pergi dulu sebentar, kamu disini dulu. Nanti saya antar pulang.” Samudera berjalan, menyelusuri taman dan membawa pemuda itu ke salah satu ruangan yang kosong dan menemukan bayang tubuh pria yang tak asing baginya.
“Akhirnya yang gue tunggu ti—siapa lo?” William menoleh dan terlonjak tatkala mendapati Samudera berdiri tegap dengan kepalan tangannya yang membulat sempurna.
“Lo gak inget gue sama sekali?” tanya Samudera yang memancing pemuda di depannua berpikir. Ia menjentikkan jemari, ia ingat dengan sosok pria yang ada di belakang Cassiopeia.
“Oh ... pacarnya Cassie. Kenapa? Lo udah tahu kebusukannya Cassie?”
Samudera tertawa, netranya menangkap tas merah yang pemuda itu bawa, sudah ia tebak, itu pasti tas milik Cassiopeia.
“Jauh ... jauh sebelum saya jadi pacar Cassiopeia, saya ada di kehidupan kamu. Ingat Johan, yang kamu anggap pengkhianat?”
Tas itu terlepas dari genggaman, berganti mencengkram krah baju Samudera dengan penuh emosi seolah-olah ia murka dengan nama yang Samudera sebutkan.
“Gak bisa ngomong ... gak bisa ngomong ....” Samudera menyanyikan lagu yang menjadi luka di masa lalu, menirukan ekspresi William saat menyanyikan lagu itu.
“Sorry, out of topic.” Samudera menyeringai sembari melepas krah bajunya yang dicengkram William.
“Gue gak mau kotorin tangan gue dengan darah kotor lo. Bagaimana kalau kita berduel anggar? Kalau lo menang, lo bisa lakukan apapun ke gue. Kalau lo kalah, lo harus terima semua konsekuensi dan kasih tas itu ke gue.”
“Oke. Tantangan gue terima. Lo tentuin tanggalnya.”