Terjebak

Can you consentration just for this patient? Ini dokter Asep juga di mana, hah!” Elion benar-benar tak habis pikir. Tangannya kini memegang scalpel dan bersiap untuk membuka jaringan kulit dari pasien yang ada di depannya saat ini.

Elion sadar bahwa dirinya saat ini dijebak, bisa-bisanya seorang dokter tahun pertama seperti Elion Ferdinan Pangarep langsung di hadapkan dengan pasien darurat yang mengalami tamponade jantung *) sendirian. Benar-benar sendiri hanya dengan seorang perawat dan dokter anastesi.

*) Tamponade jantung adalah kondisi terganggunya fungsi jantung dalam memompa darah akibat adanya tekanan yang kuat pada jantung. 


Satu jam yang lalu

“Ini di mana lagi ruangannya,” ucap Elion sembari mengintip satu persatu ruangan operasi dari luar jendela. Kosong. Benar-benar kosong tak ada tanda akan ada operasi.

Hingga sebuah pesan singkat ia terima dari dokter Asep. Sungguh membuatnya bingung, mengapa dokter itu bisa mengirim pesan di dalam ruang operasi. Bukannya saat di dalam sudah dalam kondisi steril?

Entahlah, mungkin belom pake sarung tangan steril tuh dokter, batin pemuda itu sembari tangannya yang memasukkan ponsel ke dalam kantung baju scrub biru kebanggaannya akhir-akhir ini.

Pria berpawakan tinggi itu mulai berjalan dengan cepat menuju depan ruangan operasi, sepatu crocs hitamnya beradu dengan lantai epoxy. Menciptakan suara decitan yang sangatlah khas.

“Oke, fokus cuci tangan Elion. Lo gak lupa kan caranya? Inget dulu lo SD jadi duta cuci tangan.” Elion memejamkan mata, mencoba mengingat masa kecilnya yang menjadi seorang duta cuci tangan.

Kaki pemuda itu menginjak pedal, membuat air dari kran mengucur dengan deras ke wastafel dan mengejutkannya. Elion hanya menghembuskan napasnya perlahan, lantas meraih sabun batangan yang terbungkus sebuah kertas setelah membasuh seluruh tangannya hingga ke siku.

Pemuda itu mulai membersihkan semua bagian dari jemarinya hingga bersih, bahkan tak lupa untuk menyikat dan membersihkan kuku-kuku tangan dari kotoran. Untung saja, Elion masih ingat tahapan hand hygiene alias cuci tangan steril.

Elion meraih handuk berwarna putih, menepuk lembut lengannya hingga kering. Lantas, pemuda itu berjalan dengan tangan yang terangkat untuk masuk ke dalam ruang operasi. Hingga ia mendapatkan sebuah tatapan dari semua orang yang ada di dalam ruangan yang dingin itu.

“Kenapa harus anak tahun pertama? Ini pasien darurat!”

“Dokter Asep mana? Bukannya dia yang mengoperasi?”

“Dia ada urusan mendadak. Dan yang lain gak ada yang bisa operasi *torakotomi**)”

*) Torakotomi adalah prosedur operasi besar yang digunakan untuk mengakses organ-organ yang ada di dalam rongga dada, seperti paru-paru, jantung, dan kerongkongan.


“Tapi ini seriusan kamu yang operasi? Saya gak tanggung jawab kalau sampai pasien kenapa-napa.”

Elion persetan dengan hal itu, matanya kini tertuju dengan dada bidang pasien yang siap sedia untuk dibukanya bagaikan hadiah. Ujung mata pisau itu mulai dekat dengan permukaan kulit ketika seseorang membuka pintu operasi dan mengejutkan mereka.

“Biar aku jadi asistenmu, El.”

Anna? Bukannya dia harusnya di bedah syaraf? batin Elion yang memulai operasi. Baru sekali dirinya menyayat permukaan kulit, tetapi buih-buih darah telah mulai nampak keluar.

“Bovie,” ucap Anna dan mengulurkan tangan, membuat perawat dengan cekatan memberikan sebuah alat berbentuk pipih dan panjang yang tersambung ke aliran listrik. Lantas, gadis itu membantu Elion untuk membuka jaringan dibawah kulit dan memulai operasi mereka.

“Aku udah bilang kan, El. Gak apa-apa kah? Soalnya aku dengar kalau orang pada bilang kalau kamu mau dijebak.” Anna meraih sebuah penyedot dan mulai menyedot cairan darah yang terdapat di sekitar jantung setelah Elion menjahit sebuah luka.

Thank you, Ann. Walaupun sebenarnya gue bisa sendiri. Tapi, makasih udah bantuin.” Elion tersenyum sembari menyelesaikan jahitan terakhirnya. Membuat operasi itu berakhir dengan lancar.

Anna menangkap senyuman mata Elion yang menenangkan. Setidaknya, gadis itu tak perlu berpikir apakah pemuda di depannya itu sedang tidak baik-baik saja.

“Mau makan yakiniku bareng, El? Aku bayarin.”

“Boleh ajak Bang Tian manajer gue gak? Kasihan dia ... jomblo.”