Time Traveller

Jikalau benar waktu tak pernah berputar kembali, mengapa dirimu seperti mengatakan hal yang membuatku merasa de javu?


“Tara. Sini dulu bentar.” Rakabumi menatap gadis di depannya itu lekat-lekat sembari mengenggam dan mengusap kedua tangan Tamara.

Entah mengapa, dunia rasanya berhenti berputar ketika netra coklat milik Raka beradu dengan netra hitam legam milik Tamara. Hingga rasanya, Tamara ingin meraup semua oksigen yang ada karena ia susah untuk bernapas.

“Aku selalu mencintaimu, dari awal perjumpaan kita hingga saat ini. Jangan pernah capek untuk selalu mencintai aku karena suatu saat kamu akan meraih semua hal yang kamu harapkan.” “Tumbenan kamu ngomong kayak gitu? Dapet dari mimpi lagi?” Raka mengangguk lau menyengir dengan amat sangat manis.

“Itu ucapan kamu sendiri, dua tahun besok.” “Kamu itu time traveller?” Tamara bertanya-tanya. Karena jujur saja, setiap ia bersama dengan Raka, ia selalu merasa seperti ingin menangis. Dari tatapan matanya seakan-akan memberikan Tamara sebuah kenangan di kehidupan sebelumnya.

“Kamu ingat kisah Rama dan Shinta? Sebenarnya, kita itu adalah mereka. Kalau di cerita sepertinya mereka hidup bahagia, namun di dunia nyata, Rama dan Shinta itu terpisah jauh. Mereka saling mencintai namun mereka dipisahkan oleh jarak yang amat sangat jauh.” Raka lagi dan lagi tersenyum. Namun di balik senyumannya, tersimpan sebuah rahasia yang membuat Tamara selalu penasaran.

“Aku bukan time traveller Tara ... aku memang dapat melihat kehidupan sebelumnya dari seseorang melalui tatapan mata. Hanya satu orang yang tidak pernah aku bisa lihat, dan itu pasti Shinta di kehidupan sebelumnya.” Tamara mengenyitkan dahi, merasa semakin heran dengan semua tutur kata sang kekasih.

”... dan yang tak pernah bisa aku lihat hanya kamu. Aku tahu bahwa kita adalah pasangan yaitu dari ....” Secara mendadak, Raka mengecup bibir Tamara lalu tersenyum.

”... ciuman.”

© hvangrcnjun ; 2021