Traumatic Event

Aku melihatnya, Marka yang tengah ketakutan berlari setelah melihatku berdiri diseberang jalan. Namun ia bahkan aku tidak sadar bahwa ada sebuah mobil berkecepatan penuh yang datang menghampiri Bekka.

“BEKKA AWAS!” teriakanku tergantikan oleh suara tabrakan. Bekka terlempar dan ketika aku hendak berlari untuk menyelamatkan Bekka, mobil hitam itu memutar balik dan justru menabrakku.

**

Aku tersadar satu hari setelah kecelakaan itu. Hanya patah tulang biasa dan memar, namun satu fakta yang membuatku terdiam.

“Marka, ikhlasin Bekka ya, dia sudah tenang,”

Aku hanya bisa membisu, aku duduk dikursi roda dan keluar dari kamar inap. Mendapati ayah yang tengah memberikan segepok uang kepada seseorang sambil berkata,

“Ini bayaran kalian, terima kasih. Saya tahu dengan keberadaan dia didekat anak saya, membuat peluang untuk keluarga mereka menghancurkan bisnis.”

“Jadi ayah yang nyuruh dua bajingan ini ngebunuh sahabat Marka satu-satunya?” aku menggerakkan kursi rodaku menghampiri ayah. Dari raut wajahnya nampak ia sangat panik.

“Dad, i'm live in Canada 15 years because of you. I just can speak indonesian a little bit, and Bekka... the one and only guy, want to teach me. You're didn't know how much i'm struggle with indonesian. I got a many bullied from my friends Dad,” aku menahan tangisku. Terlalu sakit mendengar semua hal yang aku ketahui.

“I don't know you Dad, gua ga kenal ayah gua. My dad is so lovely, he's kind person. He didn't do a murder.” Aku berjalan kembali ke kamar. Mengunci kamar tersebut dan menangis.

**

Semenjak kejadian itu, setiap tanggal 19, aku akan selalu merasakan sakit kepala yang luar biasa. Dokter memberikanku beberapa obat penenang namun tidak berefek bagus untukku. Jakarta terlalu menyimpan banyak kenangan buat aku dan sahabatku Bekka. Dan pada hari itu, aku memutuskan untuk keluar dari Jakarta dan melanjutkan studiku di salah satu SMA di Bandung.

Namun satu tahun kemudian, keenam adikku datang ke Bandung dan ikut tinggal denganku. Mereka melarikan diri dari rumah karena tidak betah dengan sikap ayah yang selalu marah-marah dan main tangan.