Twitter Museum of Hubert and Beatrice

Abella menatap kosong layar laptopnya. Membiarkan lagu milik KIMMUSEUM yang bertajuk We're Already terputar melalui akun Spotifynya.

Lo masih gak mau kasih tahu tentang keadaan lo sekarang ke Samuel?

Kalimat itu rasanya sangat sulit untuk Abella cerna, membuat otaknya memilih untuk menyerah dan mengabaikan pertanyaan Juliane. Jemarinya bergerak untuk menggeser kursor, mencari draft kontrak kerja sama milik Samuel. Gadis itu mengirimkan fail kontrak ke e-mail Samuel. Namun, netranya justru terkunci akan sebuah e-mail yang sudah lama sekali ia buka.

Kok gue baru inget punya akun ini, ya? ujar batin Abella.

Kepalanya menggeleng cepat, melupakan kenangan yang terlintas di benaknya, dan menekan tombol control serta enter secara bersamaan untuk mengirim e-mail yang tertunda.


It will be a blank, till I find it through your mouth. I don't know. So, whisper the words floating in your tangled head.

Kita kembali ke sosok Samuel yang masih setia melihat satu persatu gambar di akun @beatbert. Ia terbangun dengan kepala yang begitu pusing sesaat setelah pintu kamarnya ditutup oleh Juliane.

“Kenapa namanya harus B&H? Aneh tauk!”

Samuel terkekeh, teringat dengan omelan Abella saat melihat nama akun yang ia buat untuk menjadi museum gambar mereka berdua. Pemuda itu terus menggulir layar, hingga ia menemukan sebuah postingan tanpa takarir. Hanya sebuah gambar sketsa yang sangat khas.

Samuel Hubert on Summer in Paris, France.

Itu judul yang tertulis di sketsa. Samuel bisa menebak kalau itu goresan Abella. Gambar dirinya yang bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana jeans.

“Ini pas gue lagi kelas, ya?” gumam Samuel. Tangannya kini meraih iPad, membuka sebuah draft gambar yang lama tak ia sentuh. Seketika semangatnya kembali dan dia merampungkan gambar itu.