Malam Sebelum ke Jerman
“Kamu beneran bisa jaga diri kan, Samudera? Mama gak mau kamu nanti malah bertengkar hebat lagi di sana.” Marsha terus-menerus melempar pertanyaan gelisahnya kepada Samudera yang sedang bermondar-mandir untuk mengemasi pakaian.
“Tenang aja, Mamaku yang cantik. Lagipula di sana ada Uncle Jo sama Uncel Javiar. Aman kok, bakal dijauhin dari modelan Vale. Tenang aja ya, Mamaku yang cantik.” Samudera mengusap pipi sang mama, labtas tersenyum begitu lebar sebelum akhirnya ia kembali melanjutkan aktivitasnya mengemas pakaian.
Kita berpindah ke perumahan Permata Indah, lebih tepatnya di rumah Cassiopeia yang kini tengah ramai dengan tiga remaja yang merayakan kenaikan kelasnya dengan minuman bersoda.
Cassiopeia, Johan, dan Olivia sama-sama berpesta. Dengan iringan lagu bertempo cepat dan lampu kamar Cassiopeia yang mengikuti lagu membuat suasana kamar yang cukup luas dengan nuansa kayu nan minimalis itu menjadi semakin riuh.
“Seriusan lo, Cas. Samudera geser Johan?” tanya Olivia yang masih tidak percaya dengan hal yang diceritakan oleh Cassiopeia beberapa jam lalu. Tapi, Johan justru mengiyakan pernyataan Cassiopeia.
“Gue tadi minta data peringkat paralel aama kelas ke Frau Niken. Beneran Samudera geser gue.” Olivia menepuk bahu Johan, ikut prihatin dengan kondisi Johan yang selalu saja kalah ketika sosok Samudera Timoer hadir di kehidupannya.
“Oh iya, Cas. Lo udah ditembak sama Samudera belum?” tanya Olivia kembali untuk mengubah topik. Cassiopeia hanya mengedikkan bahu, sudah satu bulan lebih ia kenal dengan Samudera, bahkan ia telah berharap sesuatu agar Samudera mengetahui perasaannya yang selalu terombang-ambing setiap perhatian kecil pemuda itu.
“Gue padahal udah sampai lupa sama Lautan. Suaranya Lautan, baunya Lautan, semuanya udah terganti selama satu bulan kenal dia.”
Johan hanya tersenyum kecil, benar dugaan Samudera dulu jikalau gadis itu tak mendengar pernyataan rasa yang pria itu lontarkan karena tertutup dengan suara gebrakan pintu Johan waktu itu.
Pemuda dengan headphone yang tergantung di leher itu mulai mengetikkan sebuah pesan kepada Samudera. Melaporkan hal yang harus pria itu ketahui.
“Jo, lo ngapain?”
“Dengerin lagu lah, ngapain lagi?”
Dering notifikasi membuat aktivitas Samudera terhenti, dengan cepat ia membuka ponsel, dan disambut dengan pesan singkat dari Johan.
Cassie gak tahu kalau lo udah nembak dia. Gue rasa, besok pas di Jerman lo harus nembak ulang deh.
Samudera menghela napasnya dengan kasar sembari mengusap wajah dengan tangan. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Membuatnya langsung meraih kunci mobil dan berlari menuruni setiap anak tangga yang membawanya ke garasi.
Pemuda itu membuka kunci pintu mobilnya yang diberi nama Cassiopeia Snowy itu dengan cepat, ia menatap lekat-lekat sebuah kalung yang tergantung di spion dalam. Ia langsung mengambil kalung dengan liontin cincin itu dan mengenakannya. Ia harus memberikan benda itu malam pertama nanti di Jerman.
Samudera merogoh kantung celananya, meraih ponsel dan memesan sebuah makanan cepat saji bahkan menitip sebuah pesan kepada restoran itu agar ditulis. Selepas itu, ia langsung mengetik pesan dan mengirimkannya kepada Johan. Kira-kira berbunyi, “Tolong kalau ada gofood pizza, suruh Cassiopeia baca tulisannya.”
“Cas! Kayaknya ada gofood deh, coba lo ambil sana,” perintah Johan yang membuat Cassiopeia harus menurut. Padahal tadi ia tidak memesan apapun dari aplikasi berwarna hijau dengan aksen putih itu, ia berjalan menuruni tiap anak tangga dan meminta Bi Ijah agar dirinya saja yang membukakan pintu.
Cassiopeia tertegun seketika ia membuka gerbang, menemukan seorang driver pengantar pesanan dua kotak pizza dan Coca-Cola.
“Atas nama siapa ya, Mas?”
“Ocean.” Ocean? Oalah ... pasti ini akal-akalan Samudera. Cassiopeia hanya mengangguk, mengeluarkan sejumlah uang untuk memberikan tambahan biaya kepada driver itu sebelum akhirnya ia masuk ke dalam.
Gadis itu membuka plastik, menemukan sebuah pesan singkat yang ditulis tepat di atas kotak coklat itu dengan spidol hitam.
Cassiopeia, maaf ya. Saya gak bisa datang ke pesta kenaikan kelas bareng anak-anak Ghostbuster. Saya harus beresin barang dulu. Jadi, saya kirim ucapannya dulu. Coba baca di belakang struk, soalnya kepanjangan.
Seperti tersihir, Cassiopeia meraih satu lembar struk yang hangat karena terkena permukaan kotak kardus itu, menemukan sebuah tulisan dengan bolpoin yang sangat membuatnya seolah-olah tengah dinyanyikan lagu milik Adera.
Cassiopeia, selamat ya atas kenaikan kelasnya. Saya benar-benar bangga dengan pencapaianmu kali ini. Mungkin kamu masih kesal kenapa nilaimu selalu saja dikatrol, tapi saya yakin. Nilaimu dikatrol bukan tanpa sebab, bukan karena rasa prihatin maupun belas kasihan guru. Saya yakin, mereka tahu kamu seharusnya layak mendapatkan nilai itu. Hubungi saya jikalau besok kamu kesusahan dalam mempelajari sesuatu, saya akan menjelaskannya. Sekali lagi, selamat ya! Saya benar-benar bangga dengan pencapaianmu.
Cassiopeia berdecak malu, bisa-bisanya pemuda itu merendah untuk meroket. Mana bukan ke angkasa yang meroket, melainkan di hatinya dan meledak bagaikan kembang api.
“Wuidih ... pizza nih, ayo makan!” Johan merebut paksa plastik berisi pizza itu dan masuk ke dalam kamar untuk melanjutkan pesta hingga pukul dua belas malam.
Samudera melihat ponselnya yang sunyi-senyap. Sampai akhirnya sebuah pesan yang ia tunggu hadir juga dan membuatnya tersenyum begitu lebar.
Cassiopeia : Terima kasih ya buat pizzanya juga kata-katanya. Cukup buat aku sedikit lebih baik. See you tomorrow, Samudera. Aku berharap kamu gak terlambat walaupun nanti penerbangannya yang terlambat.
Sepertinya lagu Adera yang berkolaborasi dengan Segara dan Kunto Aji bertajuk Menjadi Milikku benar-benar menghantui pikirannya. Terutama lirik di menit 02:27-02:40. Karena bagian itu sedang Samudera alami saat ini setelah menerima pesan dari Cassiopeia.